Cerita ini didesain ringkas.
Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya.
Di sini, saya berusaha mema...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanganmu masih menetap di sana. Ada aliran hangat yang menjalar menggelegak seketika memenuhi pipiku. Aku tak tahu, apakah aku harus mendefinisikannya dengan rasa senang atau bagaimana.
Tapi aku masih kepikiran, jika genap hari ini kamu langsung mengajakku begituan, maka semuanya menjadi terasa mengganjal. Kamu adalah pria normal yang hidup untuk mencintai perempuan selama ini. Tidak selaiknya kamu lantas berpaling semudah itu, lalu memilih tidur denganku. Semuanya terasa seperti omong kosong.
Sesampainya di tempat parkir.
"Serius, Sal. Kita mau kemana nih?" Aku menatapnya kemudian beralih ke arah tanganku yang masih berada dalam genggamannya. Melihat aku menatap ke arah genggaman itu dengan serius, dia perlahan melepaskan.
"Ke hotel, 'kan?"
"Untuk...?"
"Katanya mau dikeluarin." Kamu menatap dengan ekspresi nakal. Aku tidak menyangka.
"Sal, aku serius."
"Aku juga serius, Al."
"For the sake of hell! What a game are you playing?"
"I am not playing a game. I only try to make you happy."
"That's not kinda a way to make me happy."
"Ya udah. Kamu mau apa biar kamu bahagia?"
"Pulang!" Jawabku tegas.
"Serius kamu minta pulang?"
"Se-serius kamu ngajak aku ke hotel!"
"Masih jam..." Kamu melihat dulu ke arah jam tangan di tangan kananmu, lalu berkata, "Delapan lho! Masih terlalu pagi buat pulang."
"Ya, terus gimana? Aku juga bingung. Kalau diajak ke hotel, aku ga mau pokoknya."
"Ya udah. Makan aja yuk!"
"Mm ..."
"Gimana?"
"Mau makan apa emang?"
"Sate? Kayaknya aku lagi pengen banget makan sate."
"Oh ya udah. Aku temenin." Jawabku sederhana.
"Serius mau? Kalau mau ganti makanan juga gpp."
"Iya, ayo aja. Sate gpp. I want it tho."
"Oke deh. Yok naik."
Abis naik motormu dan menyalakan motor, kamu bilang sesuatu, "Jangan lupa buat meluk! Kan kita udah sayang-sayangan."
Aku memutar bola mataku. Like what the hell!
"Kalau aku ga mau?"
"Aku akan menarik tanganmu dan memasukkannya sendiri. Seperti ini."
Kamu menarik tangan kiriku, mengelusnya sebentar, lalu memasukkannya ke saku jaket kirimu. Kepalaku otomatis ikut bersandar di bahumu.
"Satunya lagi masukkin. Ga susah ini, 'kan?"
Aku malu. Tapi aku melakukannya juga.
Bersandar di bahumu adalah salah satu hal yang paling nyaman aku lakukan selama hidup di bumi. Terima kasih.