Keping 15

867 83 18
                                    

Saat membuka mata, aku tersenyum.
Saat aku menapakkan kakiku ke lantai, aku tersenyum.
Saat aku menuangkan air putih ke dalam gelas dan meminumnya, aku tersenyum.
Saat aku mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi, aku tersenyum.
Saat aku menyikat gigi sambil bercermin, aku tersenyum.

Lalu perlahan menyentuh bibirku.
Mimpi semalam nyata sekali...

Aku tidak bisa berhenti tersenyum memikirkan banyak hal yang terjadi dalam semalam. Semuanya terasa indah dan menyenangkan. Tidak ada secuil pun kebahagiaan yang luput sejak aku bersamamu, pergi ke tempat manapun, beranjak ke tempat apapun. Asalkan ada kamu, kurasa memang semuanya akan selalu berakhir menyenangkan.

Berakhir?

Aku tetiba terpikir sesuatu. Suatu yang memiliki awal pasti memiliki akhir, bukan? Lantas seperti apa hubungan ini berakhir? Aku dan kamu baru saja memulainya dalam semalam, meski tak ada ikrar apapun. Aku juga belum menggenapkan hatiku untuk bisa memulai hubungan ini denganmu.

Sepertinya aku tidak bisa berpacaran denganmu. Sepertinya aku memang harus berusaha mencegah perasaan ini makin berkembang mekar, berharap disambut terang olehmu untuk waktu yang lama. Ketakutan dan kekalutanku berbaur, membuatku lemah tuk mengatur hatiku agar bisa 'lebih dari ini'. Aku tidak mau ada 'status' apapun di antara hubungan kita yang ujung-ujungnya boleh jadi berakhir saling menyakiti.

Aku mengguyur tubuhku sebelah kanan dengan air, lalu kemudian sebelah kiri. Aku pernah baca sebuah postingan di Facebook bahwa saat mandi, kalor di tubuh kita butuh 'perkenalan'. Orang-orang di bumi gampang sakit, boleh jadi karena ada kesalahan dalam cara mereka mandi. Dan baiklah, urusan kalor itu masuk logikaku. Tubuh kita mengandung 'panas' dalam kesehariannya. Sebuah mesin yang panas jika tetiba disiram sesuatu yang dingin, maka cepat rusak. Boleh jadi, begitu juga dengan manusia. Butuh 'pengenalan' dulu terhadap dingin sebelum air membasahi semua tubuh. Maka aku membasuh pelan, mengalirkan air ke tubuh bagian kananku, kaki kananku, tubuh kiriku, lalu kaki kiriku. Setelahnya, aku memilih mencuci muka, membiarkan tubuhku beradaptasi dengan dinginnya air dalam kurun waktu 1-2 menit. Sampai dia mengenali suhu lingkungannya sendiri dan bisa menerima lebih banyak air.

Setelah merasa nyaman, aku mulai membasuh seluruh badan dan mulai menggunakan sabun cair untuk membersihkan tubuh. Semua ingatan tentang setiap awal pasti memiliki akhir, termasuk bersamamu, perlahan kutepis agar tidak terlalu larut dalam pikiranku.

Tetapi pikiran-pikiran itu masih saja bergulir, hingga kembali berusaha kuredakan dengan air yang membasahi kepalaku. Salah satu hal paling nyaman kulakukan saat pikiranku bercabang adalah shampo-an. Kegiatan ini memberikan sensasi ketenangan tersendiri untuk sekedar menenangkan pikiran-pikiranku yang rusuh. Aroma shampo yang kukenakan harum, merileksasi pikiranku yang kacau.

Usai mandi, aku mengenakkan pakaian santai. Memakai celana pendek dan kaus oblong, yang memperlihatkan lekuk lenganku. Ini hari Minggu, jadi aku bisa bersantai.

Sesekali, aku menyeka rambutku yang basah dengan handuk, sembari bercermin.

Saat aku melihat bayanganku sendiri, aku terdiam seketika. Seluruh pemikiran itu kembali berkuasa. Untuk mengalihkannya, aku segera mengambil handphone, men-charge, sembari mengaktifkan paket data. Saat itulah, tetiba satu pesan WhatsApp masuk. Darimu.

Gemetar, aku menarik napas dalam-dalam sebelum membukanya. Semoga pesan biasa. Bukan suatu pesan yang menggoyahkan pertahananku.

F.A.D.F

p

P

P

P

P

Lalu kamu terlihat sedang mengetik,

Nah, akhirnya aktif juga

A.R.D

Kenapa emang?

F.A.D.F

Aku sudah di depan
rumahmu. Bukain dong?

A.R.D

Demi what? Oke, bentar!

Aku melihat ke jendela kamarku, melihat ke arah luar. Ternyata memang sudah ada kamu di sana.

Saat aku beranjak turun, hape-ku kembali berbunyi. Pesan dari kamu masuk lagi.

F.A.D.F

Jangan tanya kenapa
aku kemari sepagi ini.
Alasannya sudah jelas.
Aku ingin pengen cium
bibir kamu sungguhan.
Membalas yang semalam!

Aku terpaku.
Berhenti menatap layar.

Jadi yang semalam itu sungguhan,

Sungguh aku menciumnya?












P.S.

Lagi males nulis banget hari ini.
Aku mati-matian berusaha menuliskan ini, demi apapun.
Demi bisa disiplin sebab sehari :')
Maap kalau jelek :|


Lil Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang