Kamu tergeragap demi mendengar adikku berbicara seperti itu. Aku juga mendadak kehabisan kata saat ini, bingung menghadapi situasi seperti ini harus bagaimana. Aku membiarkan keadaan hening, tidak berani berbicara sepatah kata apapun. Ini adikku, Tania. Dia bisa mengatakannya kepada ibuku, kepada ayahku. Situasi seperti ini jelas sama sekali tidak menguntungkanku.
"Kenapa diam kak Fai?"
Kamu masih menatap kosong dan hampa ke arah adikku, lalu menunduk. Ayolah, please katakan sesuatu, Fai! Aku belum bisa mengatasi situasi kalau sudah begini.
"Jadi kesimpulanku tepat? Kakak menyukai kakakku hanya untuk menyakiti?"
Tunggu! Jenis pertanyaan yang dilontarkan adikku ini terasa janggal. Jika dia menolak hubungan sesama, bukankah dia seharusnya tidak membahas hal kurang penting seperti perkara menyakiti? Tapi aku lebih memilih diam untuk saat ini. Biarlah ia berseteru dulu denganmu. Aku ingin tahu, tindakan dan jawaban seperti apa yang akan kamu berikan.
"Tidak, Tan! Dengerin. Aku sudah bersama kakakmu sejak SMP." Kamu kembali menghela napas berat, seolah semua beban di muka bumi dihimpitkan terhadapmu. "Kita, mungkin kamu juga sudah sama-sama mengerti bahwa perasaan memang sama sekali tidak bisa dikontrol. Dan kita juga mungkin sama-sama engga tahu kapan suatu perasaan bisa berkembang mekar, di tempat mana dan teruntuk siapa. Kita tidak pernah tahu! Hingga akhirnya, kakak menyadari bahwa perasaanku ini mengatakan bahwa kakakmulah orang yang tepat untukku. Bahwa dia orang yang harus kujaga dan kusayangi sepenuh hati."
"Kakak ga amnesia kan kalau kakak juga sudah punya kekasih yang haru kakak jaga dan sayangi sepenuh hati seperti yang kakak bilang?"
"Itu bener, tapi mungkin kakak juga bakal mengakhirinya segera. Kakak lebih memilih kakakmu dibanding siapapun Tan. Bahkan kakak berani bersumpah di depanmu. Kakak bisa minta kamu bersaksi untuk sebuah permintaan kakak untuk menjadikan kakakmu kekasih kakak selamanya."
"Kak, kakak ga sadar ya bahwa kita semua masih anak sekolahan?" Ya Tuhan... bahkan Tania sudah berpikir ke arah sana. "Kakak ga bisa bilang bisa menjadikan kakakku pacar kakak selamanya. Dan kakak seharusnya sadar betul bahwa kalian berasal dari jenis kelamin yang sama. Tiada pernikahan di negara ini yang melegalkan hubungan kalian biar bisa menjadi selamanya."
"But I can, Tan... Kakak bisa bawa kakak kamu ke tempat yang bisa melegalkan hubungan kita. Kemanapun itu. I commite!"
"Kak, tugas aku, kakak, kita bertiga untuk saat ini bukan mikirin hubungan hal-hal seperti itu. Dan untuk saat ini, jika berdasarkan teori dari buku-buku psikologi yang pernah kubaca, ada sejenis gangguan jiwa yang hinggap di diri kakak. Kakak harus perbaiki itu. Dan kakakku juga harus perbaiki itu dulu!"
"Menyukai sesama lelaki bukan gangguan jiwa, Tan..."
"Aku ga bilang itu gangguan jiwa, kak. Being gay is epigenetics. Aku Cuma pengen kalian berdua terpisah aja dulu buat kebaikan kalian masing-masing."
"Maksud kamu, kamu ga masalah dengan jenis hubungan yang seperti ini?" Aku masuk ke dalam pembicaraan, berusaha menguatkan hipotesisku.
Adikku mengangguk.
Dan bel masuk kelas berbunyi.
Aku berdiri dan kamu juga.
"Tania, adikku yang kakak sayang."
"Please, jangan bilang kata-kata menjijikkan kak."
"Okay, sorry. Intinya, aku tahu, kamu bisa menebak apa perasaanku terhadap Fai bagaimana." Aku menatap ke arahmu, riskan. "Dan kamu juga sudah mafhum perasaan Fai ke kakak gimana. Kakak cuma mohon satu hal sama kamu, tolong rahasiakan semua ini. Dari siapapun, termasuk orang tua kita."
Tania sama sekali tidak mengangguk. Dia hanya menatap ke arahku, lalu ke arahmu. Setelahnya, dia melenggang pergi, meninggalkan kita berdua dalam hening. Dengan langkah gontai, aku kembali menuju kelas disertai kamu yang mengekor di belakangku.
Duh...
Semua ini bertambah rumit saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Love [END]
Historia CortaCerita ini didesain ringkas. Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya. Di sini, saya berusaha mema...