Aldebaran's POV
Malam itu, tepat sehari setelah Tania mengetahui perihal hubunganku dengan kamu, maksudku... setelah kamu menyatakan perasaanmu padaku, Tania datang ke kamarku. Dia masuk, nyelonong ke kamarku. Dia memang suka seenaknya. Tapi tidak apa-apa. Toh, dia adikku satu-satunya yang sangat kusayang.
"Kak..."
"Iya, kenapa Tan?"
"Baik-baik aja 'kan?"
"I am fine. Kenapa sih?"
"Aku kira kakak lagi nangis bombay di kamar setelah kejadian kemarin."
"Yaampun, Tan. Masa kakak kayak gitu."
"Ya bisa aja 'kan?"
"Udah, langsung ke intinya aja. Ga usah pake basa-basi segala. Kamu mau ngomong apa?"
"Mau ngomongin tentang kak Fai dan hubungan kakak."
"Kamu kayaknya udah mengerti deh!" Aku mulai masuk dalam sebuah perbincangan dengan adikku yang 'ajaib' ini. Entah ilmu psikologi macam apa yang dia pelajari, tapi dia selalu bisa memahami dengan cepat suatu masalah antara orang. Dia juga orang yang pernah kulihat menenangkan ibuku saat suatu ketika pernah bertengkar dengan ayah. Dia memang anak ajaib dah, udah ga diragukan lagi. Tanpa cerita pun, dia sering membuat analisis sendiri.
"Kakak udah paham ya?" Nah, nah, nah. Omongannya ini suka kadang membingungkan. Tapi aku sudah terbiasa berusaha mengimbanginya.
"Tentang apa nih?"
"Perasaan kalian yang ga wajar."
"Mm.." Aku mengangguk. "Mungkin kakak paham, dikit. Kakak juga baru baca kemarin-kemarin sih. Setelah proses perenungan juga."
"Apa yang kakak simpulkan?"
"Obsesif?"
"Tepat sekali kak! Tumben kakak bisa ngerti hal-hal yang begituan." Ujar Tania salut sembari mengacungkan jempol.
"Yeu... kakak juga bisa mikir dong, dikit-dikit."
Tania nyengir. Sembari memindahkan rambutnya ke belakang dia ngomong, "Udah nyadar juga kalau dari dulu kakak terobsesi sama kak Fai?"
"Kamu tahu Tan?"
"Tahu lah. Kita kan serumah elah..."
"Tapi kakak ga pernah cerita apapun ke kamu."
"Kan Tania liat kakak. Tania bisa ngerasain perasaan kakak."
"Dan kamu diam aja?"
"Mmm..." Tania mengangguk. "Demi kebaikan kakak."
"Dengan biarin kakak?"
"Semua orang butuh proses, kak. Dan setiap orang butuh waktu untuk memahami masalahnya sendiri tanpa mesti diinterupsi. Tanpa mesti diikutcampuri. Dengan begitulah, manusia belajar dari kesalahan-kesalahan lampau mereka."
Aku manggut-manggut. Kadang aku merasa bahwa dia seharusnya sosok kakak bagiku. Bukan terbalik seperti ini.
"Kamu ga jijik sama kakak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Love [END]
Short StoryCerita ini didesain ringkas. Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya. Di sini, saya berusaha mema...