"Haaaah..." Aku menghembuskan napas tepat setelah beberapa meter, kamu membawaku dengan motormu. Yeah, pada akhirnya kita berboncengan, pergi bersama menuju sekolah. Aku tidak bisa menolaknya lagi setelah kamu bersikeras tetap ingin mengatakannya pada adikku.
"Iya, Tan sebenarnya kakak..." Aku melotot tepat ke arahmu. Aku menggeleng. Lalu menampakkan wajah memohon.
"Sebenarnya kakak kenapa, kak?" Tania mencari tahu. Aku makin memohon sama Fai.
"Sebenarnya kakak mau jemput kakakmu ini biar ke sekolah bareng. Tapi dianya nolak terus."
"Lah kenapa? Kalian lagi bertengkar?"
"Engga tahu sih. Coba tanya aja ke kakakmu kenapa."
Pintar sekali kamu melemparkan masalah kepadaku. Sekarang, Tania beralih menatapku.
"Engga apa-apa, Tan. Ga enak aja kalau musti dijemput. Kan kakak ada motor sendiri juga. Bisa berangkat sendiri."
"Ga rasional sih kak alasannya buat aku."
Gee. Tania sungguh luar biasa dalam mengintimidasi.
"Emang yang rasional itu yang gimana buat kamu?" Kamu menimpali percakapan ini.
"Logikaku berkata, kalau kalian emang lagi ada masalah dalam hubungan kalian. Seperti orang yang lagi pacaran terus marahan, mungkin?"
"Yeuh... Kok kamu tega nuduh kakak pacaran sama cowok." Aku agak menjitak kepala Tania, berharap dia sadar.
"Aduh!" Kamu mengelus kepalamu. "Ya udah, kalau emang ga seperti itu, kenapa ribet sih? Udah mau masuk kelas nih. Aku pinjam motor kakak deh..."
"Eh, belum cukup umur."
"Biarin lah! Aku males kalau naik angkot. Bisa telat aku, kak."
"Ya udah. Sana ambilin tas sama botol minum kakak. Kuncinya ada di tas soalnya."
"Ya udah oke."
Tak lama, Tania muncul lagi.
"Ayo, berangkat sama kakak aja, Tan. Kakak bonceng!"
"Engga ah! Aku mau sendiri aja. Kakak sama kak fai aja sono! Selesain urusan rumah tangga kalian."
"Tania..." Aku berteriak kesal.
"Eh... Ada Faisal. Kalian kenapa masih di sini? 15 menit lagi udah waktunya masuk kelas!" Ibuku nimbrung. Melihat anak-anaknya mungkin malah sibuk berdebat di depan.
"Iya, Bu. Saya berangkat sama Al ya Bu."
"Tania? Kamu bawa motor kakakmu? Ga dibonceng aja?"
"Engga ah, Bu. Tania kan udah gede. Males aku dibonceng kak Al. Suka lama, kayak turtle majunya. Udah ya Bu, Tania berangkat duluan. Assalamualaikum Bu..." Tanpa menunggu amarahku dia ngeloyong pergi.
Kulihat kamu salim ke ibuku dan di sinilah aku kini, membonceng di belakangmu, kembali menghidu aromamu.
Memabukkan.
***
"Al..."
"Ya?"
"Peluk dong!"
"Ogah!"
"Kenapa?"
"Malu atuh..."
"Banyak orang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Love [END]
Truyện NgắnCerita ini didesain ringkas. Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya. Di sini, saya berusaha mema...