Meja tim Hera sudah sepi. Akhirnya Hera memutuskan undur diri untuk berkeliling. Ia berhenti di meja yang berisi aneka minuman. Hera menggenggam satu gelas wine sambil menikmati live music.
"Hera!" Hera berbalik saat suara yang sangat ia kenal memanggil.
"Pak Wisnu... Bu Gita..." Hera menyalami pasangan suami-istri itu satu per-satu.
"Nah, Bian, ini orang kepercayaan Ayah." Pak Wisnu memperkenalkan Hera kepada Sabian.
"Sabian." Sabian mengulurkan tangannya kepada Hera.
"Hera." Hera membalas uluran tangan Sabian.
Kesan pertama yang Hera dapatkan adalah Sabian bukan orang yang hangat seperti Pak Wisnu.
"Kami tinggal dulu. Kamu bisa tanya-tanya sama Hera." Pak Wisnu memecah keheningan.
Pasangan suami-istri itu akhirnya meninggalkan Bian dengan Hera. Kecanggungan menyelimuti Sabian dan Hera. Hera hanya memainkan jari telunjuknnya memutari tepian gelas.
Hera memang tipe orang yang cerewet, tetapi beda kondisinya jika tidak dengan orang yang ia kenal. Apalagi calon atasannya yang sudah resmi menjabat ini bukanlah tipe orang yang frontal. Setidaknya Hera harus menjaga tingkahnya di depan Sabian.
"Kenalkan diri kamu." Sabian akhirnya buka suara.
"Huh?" Hera tidak menyiapkan telinganya saat Bian melontarkan penyataan.
"Kenalkan diri kamu. Karena yang saya dengar dari Ayah, perkerjaan kamu tidak akan jauh-jauh dari saya." jelas Sabian masih dengan wajah datarnya.
Sejujurnya Hera tidak tahu harus memulai dari mana. Baru kali ini ia merasa terintimidasi, bahkan ia merasa kepercayaan dirinya memudar seketika.
"Saya produser di divisi program produksi." setelah Hera berpikir, mungkin itu yang terpenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...