Kepindahan Hera ke apartemen Sabian, membawa banyak perubahan dengan ruangan itu. Persediaan makanan di dapur Sabian selalu terisi setiap bulannya. Walk in closet milik Sabian yang sekarang milik Hera juga dipenuhi pakaian keduanya. Apartemen Sabian lebih tertata dengan Hera yang selalu rutin membereskan, juga dengan dekorasi yang Hera beli di IKEA. Berbagai tanaman hijau pun mengisi sudut ruangan.
"Bikin apa kamu hari ini?" tanya Sabian memperhatikan istrinya sudah berkutat di dapur sepagi ini dari kursinya.
"Choco oatmeal sama kopi." Hera masih sibuk dengan mesin kopi milik Sabian.
"Good morning, wife." Sabian mengecup pipi Hera saat perempuan itu menata sarapan mereka di meja makan.
"Morning, husband." Hera membalas kecupan Sabian di pipi.
Hera duduk di seberang Sabian, "Hari ini mau langsung ke Sentul?"
"Iya, kamu?" tanya Sabian balik sambil meminum kopinya.
"Aku mau fitting bentar, ke kantor, terus ke Sentul. Gapapa kalo kita pisah?" Hera mulai memakan oatmealnya.
"Aku anterin kamu fitting terus ke kantor. People can wait." jawab Sabian.
Sabian mengantar Hera fitting, kemudian ke kantor.
"Hati-hati nyetirnya." ucap Hera sebelum ia keluar dari CR-V milik Sabian.
Sampai di lantai empat, Hera menemukan kekacauan di kubikel tim Mbak Dina. Sejak Mbak Dina cuti melahirkan, timnya mulai banyak berdebat.
"Hey, ada apa, sih, ini?" tanya Hera menengahi.
"Ini, Mbak, Mira numpahin kopinya ke laporan yang harusnya sekarang udah ada di Tiara buat Pak Bian." jelas Anjani.
"Ya, udah, sekarang kamu print lagi aja. Biar saya yang kasih ke Pak Bian nanti. Selesai?" saran Hera.
"Kalian harusnya kasian sama Mbak Dina. Dia udah percaya sama kalian kalo kalian bisa handle semuanya tanpa Mbak Dina. Saya tau kalian ga cuma pusing sama kerjaan ini, tapi kalian itu orang-orang terbaik yang dipilih untuk kerja di sini. Dan seharusnya kalian lebih dewasa. Udah, semangat kalian!" kalimat Hera menyentil anggota tim Mbak Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...