Baik Sabian maupun Hera, keduanya masih diam. Hera memasukkan kedua tangannya ke saku hoodienya, kemudian menghentikan langkahnya. Begitu Sabian berhenti di sampingnya, Hera berbalik menghadap lelaki itu.
"Maaf, aku belum bisa denger penjelasan kamu kemarin. Aku takut emosi aku yang bakal nguasain. Aku pengen ngobrol sama kamu pake kepala dingin. That's why aku ngehindarin kamu. Maaf." akhirnya apa yang ada di kepala Hera terucap juga.
"Harusnya saya yang minta maaf duluan, Ra." balas Sabian.
"I believe you, Bi. One hundred percent. Karena kita ini mau membangun rumah tangga dalam jangka waktu yang ga ditentukan, I think membangun kepercayaan itu paling penting. Aku bakal hidup sama kamu, kamu bakal jadi keluarga. Kemarin aku kecewa." Hera melanjutkan langkahnya.
"I'm so sorry, Ra. Want to hear me?" tanya Sabian menyusul langkah Hera.
"Sure."setidaknya nyeri di dada Hera sudah reda.
"Okay, where I have to start?" tanya Sabian pada dirinya sendiri, "Oh, her name is Sharon. She was in the same class with me in UCLA. She likes me since the first day we met. That's why dia ada di Indo setelah dia tau aku bakal nikah. And for the kiss, that's for our farewell? I don't know, kamu tau itu hal yang wajar buat dia. She kissed me, not me." Sabian langsung dibanjiri rasa lega.
"Thanks buat penjelasannya." Hera menoleh memberi senyum untuk Sabian.
"Jadi kita baikkan?" Sabian gemas dengan calon istrinya itu.
Hera mengangguk malu.
Sabian merentangkan lengannya, "Sini."
Hera langsung melingkarkan lengannya di leher Sabian. Kenyamanan yang Hera rindukan dan tak Hera rasakan di orang lain menyeruak.
"HEH! ITU BELOM MUKHRIM UDAH PELUK-PELUK!" seru Erlangga dari kejauhan.
Sementara Devan menyoroti mereka berdua dengan flash dari ponselnya. Yang lainnya juga ternyata ada di belakang Erlangga dan Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...