Makanan yang Sabian masak sudah tersaji di meja makan. Sabian hanya membuat Aglio Olio, tapi itu sudah membuat Hera sangat senang. Melihat Sabian mulai memakan makanannya, Hera pun ikut memakan spageti buatan Sabian itu.
"Hmm, ini enak banget, loh, Bi. Serius." ucap Hera setelah memaka suapan pertamanya.
"Thanks. And you will taste it everyday if you get marry with me." balas Sabian.
"You wanna talk about this right now?" tanya Hera sambil melirik piringnya.
"Okay, enjoy your food then."
Baik Sabian maupun Hera akhirnya memilih menyelesaikan makanan mereka dengan keheningan. Selesai Hera membersihkan piring mereka, Sabian mengajaknya berbicara di ruang tengah. Duduk berhadapan, Sabian menatap Hera dengan pandangan bertanya.
"Kamu mau resign, Ra? Karena saya ngelamar kamu kemarin?" tanya Sabian.
Hera menatap takjub Sabian, "What? Bukan, Bi. Bukan karena saya nolak kamu atau gimana. I haven't decided at all."
"Then, why?" tanya Sabian lagi.
"Saya masih punya pilihan lain. Would you mind to hear that? I'll explain." jawab Hera menatap Sabian.
"Sure."
"Saya dari dulu pengen banget kuliah di Inggris. Sama pengennya kayak kerja di kantor kamu. In the same day you propose me, saya dapat e-mail kalau beasiswa saya diacc dan saya akan berangkat tahun depan. Dan lamaran kamu kemarin itu tidak ada dalam rencana saya, itu tiba-tiba banget." Hera lega bisa menjelaskan perihal itu kepada Sabian.
Hera bingung pada dirinya sendiri yang langsung mengutarakan isi pikirannya, ini sedikit aneh dan menyeramkan. Sabian diam. Ia juga dilanda perasaan bingung.
"Kamu masih bisa tetap kuliah dan jadi istri saya-" kalimat Sabian dipotong oleh Hera.
"Ga, Bi. Kalau saya nikah, saya cuma mau jadi istri sepenuhnya. That's it, saya harus milih salah satu di antara nikah atau pendidikan." penjelasan Hera itu membuat Sabian merasa dirinya tidak salah mencari calon istri.
"Why are you smiling?" tanya Hera yang masih dalam pemikirannya.
"Kamu sangat wife-materials." penuturan Sabian membuat pipi Hera merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...