Sejak presentasi dua hari yang lalu diterima dengan baik oleh petinggi perusahaan, termasuk Sabian dan Pak Wisnu, Hera semakin sibuk.
"Ra, jadi, kan, lo ketemu sama pemilik Beyond siang nanti?" tanya Ina melihat rekannya itu sedikit kewalahan.
Mendengar pertanyaan Ina, Hera menyandarkan kepalanya di atas meja.
"Gue yang jadi ketemu sama dia?" tanya Hera.
"Iya, Ra. Lo liat sendiri, kan, anak-anak pada di luar semua. Gue lima menit lagi juga ada meeting." jelas Ina.
Beginilah keadaan tim Hera setiap mendapat project baru, tidak ada yang bersantai di kubikelnya.
"Sedikit menyesal gue masuk tim lo, Ra. Mbak Dina pasti jauh lebih santai. Gue pergi dulu." Ini pun pamit untuk menemui salah satu sponsor.
Hera sendiri memang gila kerja. Bahkan ia bukanlah tipe orang yang suka diam, ia lebih suka berkarya dengan otak kreatifnya. Maka dari itu, ia bisa lebih berkembang daripada rekan-rekan seumurannya.
"Ra, makan siang bareng, ga?" tanya Mbak Dina mencari teman.
"Ga, Mbak. Ada meeting." Hera merapihkan map-map pentingnya.
"Gila lo, ya. Bikin gue makan siang sendirian." dumal Mbak Dina.
"Duluan, Mbak." Hera berpamitan dengan map, laptop, serta ponselnya.
Hera langsung menuju lift dan menekan tombol untuk mencapai lantai dasar gedung kantornya. Sebenarnya, Hera hanya akan bertemu kliennya di Starbucks yang terletak di lantai dasar gedung kantor. Percayalah, Starbucks adalah tempat terbaik untuk bertemu klien, seperting saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...