Hera langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia di ruang make up. Ada Rani di sana yang akan membantu Hera bersiap.
"Gue mau tidur dulu, ya, Ran. Bangunin gue jam setengah sepuluh." setidaknya ada waktu dua jam untuk Hera beristirahat.
"Iya, Mbak. Saya keluar dulu." Rani izin keluar dari ruang make up.
Dalam hitungan menit, Hera sudah berada ke alam mimpinya.
"Mbak, bangun." Hera mendengar samar suara Rani dan lengannya ditepuk.
Hera pun bangkit dari tidurnya, kemudian beranjak ke toilet untuk mencuci wajahnya yang sudah dipastikan berminyak.
"Ini, Mbak, bajunya." Rani menyerahkan kemeja, blazer serta celana panjang bermotif senada, serta heels berwarna hitam kepada Hera.
Setelah Hera berganti, tangan terampil Rani mulai merias wajah Hera. Tatanan rambut panjang Hera dibiarkan terurai.
"Akhirnya bisa liat Mbak Hera di tv lagi." ucap Rani saat selesai mendandani Hera.
Hera tersenyum menanggapi ucapan Rani.
"Makasih, Ran. Gue ke studio dulu, mau briefing." Hera berpamitan keluar dari ruang make up.
"Loh, kamu belum pulang?" suara Sabian menghentikan langkah Hera.
Hera menengok ke arah Sabian, "Ada siaran mendadak, Pak. Duluan." Hera melanjutkan langkahnya menuju studio.
Hera tidak menyadari bahwa Sabian menatapnya takjub dengan penampilan yang jauh lebih berkelas dengan setelan blazer itu. Sabian yang belum ingin beranjak dari kantor, mengamati siaran tengah malam itu dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The City
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dengan segala kemandiriannya. Ia tak pernah mengerti rasanya berbagi kasih sayang, sampai seseorang menyadarkannya secara langsung. Di akhir, ia dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Sabian Pratama dengan karisma yang digila...