24

611 86 1
                                    

Arin dan Minhyun sedang berada di dapur. Arin sedang mencuci piring bekas makan dan Minhyun membantu mengeringkan piring ke rak tempat piring.

“Kak... bisa ga, kita jangan bahas-bahas masa lalu lagi?”
Arin tiba-tiba membuka suara.

Minhyun spontan menghentikan gerakannya dan menoleh pada Arin.

Arin menjangkau lap tangan dan mengeringkan tangannya, lalu menatap Minhyun.

“Aku tau, kita baru ketemu lagi setelah 4 tahun ga ketemu. Dan, banyak cerita-cerita yang belum selesai. Bukan maksud aku ngelupain masa lalu, tapi...”

“Kamu... benci ya, sama aku yang dulu?” Minhyun menunduk, raut wajahnya memperlihatkan raut kesedihan.

Seolah tidak ingin salah paham, Arin memberanikan diri memegang tangan Minhyun.

“Bukan itu kak, maksud aku” ucap Arin lirih.
“Aku cuma mau, kita mulai dari awal lagi, benar-benar murni. Tanpa embel-embel masa lalu, perjodohan, ataupun campur tangan orangtua. Kita masih muda kak, aku masih 23 tahun, dan kakak masih 24 tahun. Kenapa kita ga mulai dari awal lagi, yaa kayak orang-orang di masa muda nya gitu”

Seolah memahami maksud Arin, raut wajah Minhyun pun kembali cerah.
Ia mengacak ngacak rambut Arin gemas dengan pemikiran Arin yang menurutnya sudah semakin dewasa.

“Jadi kamu mau kita dari awal? Hmm.... mau kayak orang pacaran? Nge date, trus jalan, nonton, sayang-sayang an, gitu kan?” goda Minhyun sambil mengelus ngelus pipi Arin.

“hmm... ya, gitu, eh ga gitu juga kak, jangan kayak orang pacaran juga, ntar putus, masa kita udah nikah gitu juga” balas Arin.

“Hehehee oke oke... Aku ngerti Rin, aku dan kamu masih muda, kita memang masih muda kalo untuk sebuah pernikahan. Kalo kamu mau kita mulai dari awal lagi, ayok. Jangan diungkit-ungkit lagi masalah masa lalu, perjodohan, dan yang lainnya. Sekarang kita mulai berdua. Kamu dan Aku, Kita”
ucap Minhyun sambil tersenyum pada Arin.
Tangannya mengelus pipi gadis itu lembut.
Arin tersenyum senang melihat reaksi Minhyun yang paham atas apa yang dimaksudkannya.

Hoammm...
Arin mulai menguap sambil menyelesaikan pekerjaannya di dapur.

“Udah mau jam 2 Rin, tidur gih” ucap Minhyun setelah menyadari mata Ari yang sudah mulai 5 watt.
Arin hanya mengangguk, namun masih berdiri di tempatnya.

“Ya udah, tidur. Sana ke kamar” suruh Minhyun.

“Nungguin kakak” ucap Arin polos.
Minhyun membulatkan matanya.

Sebenarnya dari tadi ia masih malu-malu mau izin untuk tidur bersama Arin.
Ini adalah malam kedua mereka resmi menjadi sepasang suami istri, namun tetap saja Minhyun masih canggung untuk hal ini.

Mungkin jika Arin tidak berkata seperti yang barusan, Minhyun akan berakhir tidur di kamar tamu yang AC nya mati atau mungkin di sofa ruang tengah.

“Udah selesai, yuk” Minhyun meletakkan piring terakhir ke rak tempat piring dan berjalan bersama Arin ke kamar.

Minhyun dan Arin berbaring di kasur. Keduanya tidur berjarak karena tiba-tiba kembali canggung. Padahal tadi pagi, mereka udah sama sekali ga canggung.

Minhyun dan Arin memejamkan mata, namun tetap.... belum tertidur.

Menyadari Arin yang sebenarnya masih bangun, Minhyun memberanikan diri untuk bicara.

“Arin....” panggil Minhyun pelan.

“hm?” Arin hanya bergumam singkat.

“belum tidur?” tanya Minhyun basa basi.

“belum” jawab Arin singkat.

“Arin...” panggil Minhyun lagi.

“hm?”

“Aku boleh meluk kamu ga?”
Arin membuka matanya dan mengangguk pelan.
Pipinya sudah merah dan jantungnya berdetak tak karuan.

Namun Minhyun yang juga memejamkan mata tidak melihat anggukan Arin.
Ia membuka mata dan menoleh pada Arin di sampingnya.

Diam sejenak, lalu Arin kembali memberanikan mulutnya menjawab,
“boleh” jawabnya singkat.

Minhyun tersenyum puas lalu mendekat dan memeluk tubuh mungil Arin.

Awalnya terkesan kaku, hingga Arin membalas pelukan Minhyun.

Minhyun pun tersenyum senang sambil mengusap ngusap punggung Arin yang sudah berada di pelukannya.

“Kok aku jadi makin ga bisa tidur ya kak” ucap Arin dari dalam pelukan Minhyun.

“Aku juga” balas Minhyun.

“Arin...” panggil Minhyun lagi.

“hm?”

“Aku cium kamu, boleh?” tanya Minhyun lagi.

Arin memukul dada Minhyun yang sedang memeluknya.
“AWWWW,,, sakit Rin, kok aku dipukul sih???” teriak Minhyun.

“KAKAK KENAPA SIHH?? Tadi pagi aja nyosor-nyosor, sekarang sok sok an gitu. Sekarang napa jadi canggung-canggung gini” omel Arin kesal.

“Yaa ma.. maaf Rin” ucap Minhyun dengan suara kecil kaget dengan reaksi Arin.

“emang ya, ini cowok kaku kaku ga jelas” Arin mencubit pipi Minhyun gemas.

“hehehe, iya iyaa... maaf Arin, sayang... Kamunya sih, bikin aku salting mulu” Ucap Minhyun membela diri.

“laah, aku yang disalahin” kesal Arin sambil memanyunkan bibirnya.


Cup

Ciuman kilat mendarat di bibir Arin.

Cup

Ciuman kilat kedua

Cup

Ciuman kilat ketiga.

Arin hanya mematung melihat Minhyun yang sedang gemas dengan dirinya.

Pipi Arin tidak bisa ditahan untuk berubah warna, pipinya memerah dan panas.

“jadi kamu sukanya aku nyosor-nyosor gini ya?” goda Minhyun yang sukses membuah pipi Arin semakin memerah.

Arin malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Minhyun.
Minhyun tertawa kecil melihat reaksi Arin.

“Sayang Arin” ucap Minhyun sebelum kembali mencium wanitanya itu...





Setelah itu......

Mereka larut dalam suasana,
dua orang dengan perasaan yang sama, 
Mereka melakukannya dengan penuh cinta...























Double update. Hope you like it guys.
Please leave vote and comment🙏



Maaf ya kalo ceritanya biasa aja,


Konflik?
Bentar lagi.... nikmati ini aja dulu hehe

Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang