35 (END)

783 89 4
                                    

Minhyun terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam kecil di atas nakas.

Pukul 9. 

Ia melirik ke arah jendela yang sudah gelap.

Sudah pukul 9 malam. Sudah berapa jam ia tertidur, batinnya.

Minhyun melirik ke sekelilingnya mencari dimana Arin. Ia yakin kehadiran Arin bukanlah mimpi belaka. Wajahnya menunjukkan raut kecewa, apakah Arin sudah pergi lagi? Meninggalkannya?.

Minhyun berusaha bangkit dari posisinya. Kini tubuhnya sedikit lebih kuat untuk menopangnya berdiri dan berjalan keluar kamar.

"Arin! Arin!"

Minhyun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan mencari-cari keberadaan Arin.

Wajah cemasnya langsung berubah menjadi senyum kecil, saat ia melihat Arin yang tertidur dengan posisi duduk di sofa depan tv. Tangannya masih menggenggam remote tv.

Minhyun berjalan ke arah Arin dan duduk di sampingnya. Ia menatap lekat-lekat wajah itu. Wajah yang sangat ia rindukan.

Arin terbangun, dan menyadari kepalanya sedang bersandar ke bahu seseorang. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Minhyun di sebelahnya.

Minhyun meraih tangan kecil itu dan menggenggamnya erat.

"Maaf kalau aku egois. Tapi aku ingin kamu tetap disini"

Ucap Minhyun menatap Arin serius.

Detak Jantung Arin berjalan semakin cepat, tatapan dan ketulusan yang diberikan Minhyun tidak bisa ia abaikan. Pesona Minhyun telah meruntuhkan pagar tinggi benteng pertahan hatinya sejak lama. Hingga sekarang pun, lelaki itu selalu bisa menerobos benteng itu.

Tidak ia pungkiri, ia juga sangat merindukan Minhyun. 

Namun, ada hal yang masih mengganjal di satu ruang di hatinya. Rasa bersalah saat kehilangan bayi di rahimnya, masih belum bisa lepas begitu saja. 

Ia merasa bersalah, akibat kesalahpahaman yang terjadi, dan juga karena ia yang tidak bisa mengendalikan emosi, ia kehilangan buah cinta pertamanya dengan Minhyun.

Arin tidak menjawab perkataan Minhyun. Ia hanya menunduk dan mengeluarkan air mata.

"Aku yakin, little Hwang ga mau liat kedua orangtuanya kayak sekarang"

Arin spontan menatap Minhyun mendengar ucapannya barusan. Ia berusaha menarik napasnya, sebelum mulai mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

"Kak... Aku sayang kamu, aku rindu kamu, tiap malam tidurku ga pernah nyenyak karena rasa rindu yang bikin aku sesak. Tapi setiap perasaan itu datang, rasa bersalah kembali menghantuiku. Akhirnya aku selalu mundur lagi" ucap Arin sambil menahan tangisnya.

Minhyun terdiam mendengar curahan hati Arin. Ia sedikit merasa lega, setidaknya bukan ia saja yang merasa sesak. Perasaan Arin sama dengannya.

Minhyun meraih kedua pipi Arin dan membuat gadis itu menatapnya.

"makasih, karena udah jujur" Minhyun tersenyum kecil.
Ia memajukan wajahnya mendekati wajah Arin.
Ia menghapus jarak diantara mereka. Minhyun mencium lembut bibir Arin, Dan Arin pasrah menerima ciuman itu.
Minhyun sedikit tersenyum saat menyadari Arin mulai membalas ciumannya.

Kali ini terasa berbeda, ciuman lembut dan dalam tersebut seolah menyalurkan segala kerinduan yang selama ini mereka pendam.

"Ayo kita mulai dari awal lagi.

Aku dan kamu, Kita.

Aku yakin Tuhan akan kasih kesempatan kedua bagi kita, untuk ketemu little Hwang lagi.

Kamu ga boleh lari lagi, ga boleh takut lagi.

Kita hadapi berdua.

Ingat Sayang, kamu ga sendirian.

Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku.

Semua masalah, adalah masalah kita berdua,

dan semua kebahagiaan, adalah kebahagiaan kita berdua".

Minhyun menarik Arin ke pelukannya. Ia mencium pucuk kepala Arin lembut.

Arin mengangguk dan tersenyum lega dalam pelukan Minhyun. Hal yang mengganjal di hati nya, perlahan terasa hilang.
Melihat ketulusan Minhyun, Arin percaya lelaki itulah kebahagiaannya. Lelaki itulah yang harus ia perjuangkan, lelaki yang juga memperjuangkannya. Lelaki yang ia percaya.

"I love You, Arin"

Arin menarik tubuhnya dari dalam pelukan Minhyun.
Ia menatap wajah lelaki itu.
Ia menatapnya dalam dan meraih pipi Minhyun dengan kedua tangannya.

"Love being loved by you"

Ucap Arin sambil tersenyum, lalu ia melanjutkan...

"Hwang Minhyun, thank you, and... I love you"










END

Thank You buat para readers yang udah baca sampai part ini :) . Maafkan atas segala kekurangan cerita ini. Dan semoga menghibur...

Terima Kasih untuk Vote dan Commentnya😊

Next!
Epilog dan Bonchap di private


Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang