30

567 72 1
                                    

"Woo Jinyoung, Bae Jinyoung. Saya mau balik dulu ya. Pokoknya nanti kalo ada apa apa kalian bisa hubungi saya. Oh ya, jangan lupa pengiriman ke Rumah Tante Irene ya, jangan sampe telat sama hati-hati juga. Saya ga mau ntar Tante saya ngomel ngomel pokoknya, tante Irene itu cerewet banget saya ga kuat"

"Siap Boss" jawab kedua pegawai galeri serentak.

Arin hanya tersenyum melihat semangat kedua pegawai kepercayaannya tersebut. Ia bergegas meninggalkan galeri dan menuju apartemennya. Arin memang berencana ingin pulang cepat untuk memasak makan siang dan membawanya ke rumah sakit untuk makan siang bersama Minhyun.

Meskipun jarak galeri, apartemen, dan rumah sakit lumayan dekat, namun Minhyun sering ngomel kalau Arin harus bolak balik hanya untuk mengantarkan makan siang. Minhyun lebih memilih menyempatkan waktu sebentar untuk pulang dan makan bersama Arin. 

Alasan Minhyun ia tidak mau Arin sampai sakit karena kelelahan, ditambah lagi kerjaan di galeri juga akhir-akhir ini sangat menyibukkan untuk Arin.


Tidak butuh waktu lama bagi Arin untuk memasak berbagai menu makan siang. Tangannya sudah piawai dengan semua alat dapur dan mengolah makanan. Ia segera memasukkan makanan ke kotak dan bersiap menuju rumah sakit.


"Chat Kak Minhyun dulu deh" Arin mengambil tasnya dan mencari ponselnya. Namun, ia tidak menemukan benda tersebut di sana.

"Astaga, ketinggalan di galeri" Arin menepuk pelan jidatnya dan mendengus kesal. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap pergi ke rumah sakit tanpa ponselnya.


Kok tiba-tiba pusing ya?

Arin memegang kepalanya dan berusaha bertumpu pada dinding yang ada di dekatnya. Ia memejamkan matanya sejenak dan berusaha mengumpulkan tenaganya.

Sejenak pusingnya mulai hilang, ia pun mulai melanjutkan langkahnya ke luar apartemen sambil menjinjing kotak makanan.



Arin memasuki lobi rumah sakit. Lagi-lagi ia bertemu dengan perawat yang biasa menyapanya setiap ingin ketemu Minhyun.

"eh pacarnya Dokter Minhyun datang lagi. Tapi Dokter Minhyun masih visit ke ruangan Mba. Paling 20 menitan lagi baru kelar"

"Oh.. iya gapapa. Saya tunggu di ruangannya aja hehe". 

Saat Arin ingin menuju ruangan Minhyun, pandangannya teralihkan saat suara yang tidak asing memanggilnya.

"Arin.." suara lembut yang Arin dengar ternyata adalah Mertuanya, Nyonya Hwang.

"Ibu..." balas Arin sambil tersenyum ke arah Nyonya Hwang dan berjalan memeluk mertuanya itu. Nyonya Hwang tampak bahagia melihat Arin yang datang berkunjung.

"Wah, sudah akrab ya, sama calon mertua" goda sang perawat pada keduanya.

Arin dan Nyonya Hwang saling tatap kemudian tersenyum canggung.

Beberapa karwayan rumah sakit dan dokter melihat kejadian itu dan beberapa diantaranya terlihat berbisik-bisik melihat pemandangan itu.


"Loh Rin, kamu kok pucat sih sayang?" tanya Nyonya Hwang sambil meletakkan tangannya di pipi Arin, khawatir.

"Iya ya Bu? Masa sih Bu?"

"Iya, beda banget wajah kamu Rin, kamu sakit?" tanya Nyonya Hwang.

"engga sih Bu, tapi tadi emang beberapa kali pusing aja, sebelum kesini. Tapi sekarang udah gapapa kok" jawab Arin menyakinkan agar mertuanya tidak cemas.

"Rin, kalo gitu kamu ikut ibu dulu ya. Kita periksa. Bentar aja kok" Nyonya Hwang menarik tangan Arin ke arah lain. Arin hanya berjalan diam mengikuti kemana Nyonya Hwang membawanya.


***

"Mau ke tempat Minhyun sekarang Rin? Dia kayaknya udah ada di ruangannya kok. Yuk gue anterin"

Ong Seungwoo berjalan di samping Arin di lorong rumah sakit.

"Tapi Kak Minhyun jangan-jangan udah selesai makan Kak, tadi gue diperiksanya lama. Jangan-jangan Kak Minhyun udah sibuk lagi sekarang karena udah lewat jam istirahat" ujar Arin sedikit cemberut.

"Eelaah, gitu banget. Tenang aja, ntar kalo Minhyun sibuk gue yang gantiin dia. Lu sana aja sama Minhyun"

"Ya ampuun, Kak Ong emang terbaik deh pokoknya"

Arin dan Ong tertawa kecil sambil menuju ruang kerja Minhyun. Namun tawa itu tiba-tiba terhenti saat Arin dan Ong sampai di depan ruangan Minhyun. 

Pintu ruangan tersebut terbuka dan terlihat pemandangan yang sangat menyayat hati Arin.

Nayoung melingkarkan kedua tangannya di leher Minhyun dan berjinjit mencium lelaki jangkung itu.







terima kasih sudah mampir :)

Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang