27

550 77 0
                                    

Taxi berwarna biru berhenti di depan sebuah rumah sakit.
Arin turun dari taxi dan mulai berjalan menuju lobi rumah sakit tersebut.
Ditangannya ia menjinjing tas berisi kotak makanan berisi beberapa macam makanan dan juga brownies kesukaan Minhyun.

Arin berjalan dengan senyuman cerah terpancar di wajahnya. Dengan pedenya ia melangkah berjalan ke arah ruang istirahat dokter.
Arin sudah hapal sekali denah rumah sakit ini, terutama ruangan Minhyun.

"Waah, pacarnya Dokter Minhyun datang lagi" sapa seorang perawat senior yang sebelumnya pernah bertemu dengan Arin.

"ohh.. i-iyaa hehe" Arin hanya tertawa canggung membalas sapaan perawat tersebut.

Memang sampai saat ini, banyak yang belum tau jika Arin dan Minhyun sudah resmi menikah. Dan keduanya hanya menurut saja dengan keputusan Kakek Hwang yang akan mengumumkan pernikahan keduanya setelah Minhyun menjadi dokter tetap di sana.
Bukan hanya itu, status Minhyun sebagai cucu kandung Kakek Hwang sang pemilik rumah sakit saja, hanya beberapa orang yang tau di rumah sakit ini.
Meski beberapa rumor sempat bermunculan, tapi masih banyak yang tidak tau kebenarannya.

"Dokter Minhyun masih rapat Mba, beliau ikut rapat sama petinggi rumah sakit dan Gubernur soal peristiwa kecelakaan kereta kemarin"

Jelas perawat itu dengan sopan.

"ohh... ya udah, saya tunggu di ruangannya saja. Terima kasih sebelumnya" ucap Arin ramah sembari melangkah meninggalkan perawat itu.

Baru beberapa langkah Arin berjalan, seorang perempuan tinggi semampai dengan snelli dokter menghampiri sang perawat.

"Siapa tuh? Saya belum pernah liat, kok main-main ke ruang dokter?" tanyanya sinis.

"Eh Dokter Nayoung ngagetin aja, itu loh.. pacarnya Dokter Minhyun" jawab perawat itu.

"Pacar? Ngaco deh. Mana ada Minhyun punya pacar, hati hati ya, kalo ada yang nyariin Minhyun. Paling itu cewek-cewek ga bener aja yang modus. Pokoknya bilang aja saya, Dokter Nayoung pacarnya, biar pada sadar diri tuh cewek-cewek yang gangguin Minhyun" ucap Nayoung panjang lebar dan mendecak kesal menatap ke arah Arin.

"Tapi itu beneran pacarnya kok, dia beberapa kali kesini Dok" balas perawat itu yakin dan membela diri.

"Saya udah kenal Minhyun lama, dan ga sedikit yang coba-coba modusin dia. Ga mungkin itu pacarnya" ucap Nayoung dengan yakin.

Perawat itu hanya diam tidak membantah.

Sayup-sayup namun jelas, Arin mendengar percakapan kedua orang di belakangnya itu.
Jujur saja, kupingnya panas mendengar ucapan Dokter Nayoung.

Ingin rasanya Arin berbalik dan membalas ucapan perempuan itu. Tapi ia takut salah bertindak. Ia memutuskan untuk tetap berjalan ke arah ruangan Minhyun.


Sudah pukul setengah 3, Arin yang dari tadi menunggu Minhyun sudah tertidur di ranjang.
Ruangan Minhyun memang memiliki satu kamar khusus untuk tidur, dan satu kamar mandi. Hal ini biasa di rumah sakit besar dan mewah milik keluarga Hwang tersebut.

Minhyun memasuki ruangannya dan duduk di kursi kerjanya. Tiba-tiba matanya teralihkan pada tas berisi kotak makanan di atas meja. Minhyun menepuk jidatnya, ia lupa bahwa ia janji dengan Arin untuk makan siang bersama.

Lalu matanya beralih pada bayangan lampu dari kamar tidur yang menyala. Minhyun berdiri dan berjalan ke arah kamar tidur lalu membuka pintu pelan.

Sudut bibirnya terangkat melihat istri tercintanya sedang tertidur pulas di atas kasur.
Minhyun menutup pintu lalu ikut berbaring di belakang Arin.
Minhyun melingkarkan tangannya memeluk pinggang Arin, wajahnya mendekat ke arah rambut Arin, membuatnya dapat mencium aroma harum shampoo yang Arin gunakan.

Tersadar akan keberadaan Minhyun, Arin pun terbangun. Ia membalikkan badannya menghadap ke arah Minhyun. Awalnya Arin ingin marah dan mengomel pada suaminya yang lupa akan janji mereka, ditambah lagi ia masih terngiang-ngiang ucapan Dokter Nayoung sebelumnya yang membuatnya sangat kesal.

Namun hal tersebut ia urungkan setelah melihat wajah lelah Minhyun yang dekat berada di hadapannya.

"Capek banget ya kak?" Arin mengusap wajah Minhyun pelan, mengelap beberapa tetes keringat di bawah dahi suaminya itu.

"Maaf ya Rin... kamu jadi nunggu lama" ucap Minhyun pelan.

"gapapa kok kak, kakak udah makan ya?" tanya Arin sedikit kecewa namun tetap berusaha menunjukkan senyumnya.

Minhyun hanya mengangguk pelan merasa bersalah. Ia meraih tangan Arin dan mengelusnya lembut.

"Tapi aku makannya dikit banget kok Rin, tadi itu ga enak aja, ada petinggi rumah sakit, ada kakek juga, ada pak Gubernur juga. Nih aku masi laper banget, sengaja biar bisa makan masakan kamu" ucap Minhyun sabil memanyunkan bibirnya,
Arin gemas melihat tingkah Minhyun lalu mencubit pipi suaminya itu.

"Ya udah, trus?" tanya Arin pura-pura ngambek.

"Ya makan dong. Yuk, makan bareng sayang" Minhyun bertingkah manja sambil menggoyang-goyangkan tangan Arin. Arin hanya tertawa melihat tingkah suaminya itu.




Minhyun tersenyum.
Kini ia menyadari satu hal....

Minhyun semakin yakin, ia telah menemukan
Rumahnya...
Arin...











Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang