Saat ini Arin duduk di depan sebuah lukisan yang masih setengah jadi. Tangannya dengan piawai ngoleskan kuas yang sudah dibubuhi cat minyak dengan campuran beberapa warna. Sekilas matanya terlihat fokus pada pekerjaannya di ruang lukis itu. Ia terlihat konsen dengan lukisan yang sedang diselesaikannya, seolah-olah tidak peduli dengan hal lain di sekitarnya.
Bukannya tidak sadar, namun sedari tadi Arin sangat sadar sepasang mata dari balik pintu terus menatapnya.
Sudah sejak 30 menit yang lalu, lelaki tinggi itu berdiri di balik pintu menatap Arin dengan pandangan sendu.
Meskipun tatapan Arin tidak lepas dari papan lukis di depannya, namun berbeda dengan hatinya. Beberapa hal berkecamuk di dalam hatinya, perang batin, antara rindu dan kekecewaan.
Kekecewaan?
Entah kecewa dengan dirinya sendiri, Minhyun, ataupun takdir. Entahlah...
Minhyun menghela napas pelan. Meskipun ia masih ingin melihat Arin lebih lama, namun ia sadar diri bahwa ia masih memiliki tugas lainnya di rumah sakit.
Waktu istirahatnya sudah habis, bahkan ia belum sempat makan siang hari ini, yaa tak terhitung lagi entah sudah keberapa kalinya Minhyun selalu melewatkan makan siangnya, yang jelas sudah sering, sejak beberapa bulan terakhir ini.
Jam istirahatnya ia gunakan untuk 'mengunjungi' Arin, meski yang dilakukannya hanya melihat perempuan itu dari balik pintu.
Minhyun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Galeri dan memacu mobilnya menuju rumah sakit yang lokasinya tidak jauh dari tempatnya sekarang. Minhyun menatap fokus jalanan siang itu. Mengingat kejadian 5 bulan yang lalu membuatnya menghela napas kasar, sesekali ia melampiaskan kemarahannya lewat pukulan klakson yang membuat pengendara lain di jalanan kesal.
"WOY! SANTE DONG BANG! BARU JUGA IJO NIH LAMPU!"
"BIASA AJA DONG LO NYETIRNYA!"
"WOY BIASA AJA DONG! BERISIK!"
Teriakan-teriakan seperti itulah yang diterima Minhyun saat ia sedang kena lampu merah di jalan siang itu.
Flashback
Woojin keluar dari ruangan dan menghampiri Minhyun yang sedang duduk di raung tunggu. Woojin duduk di samping Minhyun, ia tidak berkata apa-apa dan hanya melirik memperhatikan gerak-gerik Minhyun sebelum mulai bicara.
Minhyun terduduk lemas, kedua tangannya menahan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia berusaha menahan bulir-bulir air mata yang keluar beberapa tetes dari ujung matanya serta bercampur dengan keringat dari atas dahinya. Wajah lelaki itu panik, dadanya sesak, dan dari raut wajahnya sangat terlihat raut kesedihan serta kekhawatiran.
"Yang tabah Bang. Ini semua udah jalan Tuhan" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Woojin. Ia menepuk pelan bahu Minhyun lalu memberi kode pada Minhyun untuk memasuki ruangan di depan mereka.
Minhyun mengumpulkan tenaganya untuk berdiri memasuki ruangan tersebut. Perlahan ia membuka pintu ruangan dan berjalan mendekati tempat tidur pasien. Matanya berubah semakin sendu melihat Arin terbaring di sana.
Minhyun duduk di samping ranjang dan menatap lekat wajah Arin yang terlihat pucat. Ia mengelus kepala istrinya lembut, lalu mencium kening Arin. Minhyun meraih tangan Arin lalu mengusapnya pelan.
Arin mulai terbangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. Matanya menangkap sosok Minhyun sedang duduk di samping ranjang sambil menggenggam tangannya erat.
"Maaf" kata itu keluar dari mulut Minhyun.
"engga, aku yang minta maaf" balas Arin lirih.
"Maaf Kak, aku ga bisa menjaga little Hwang dengan baik" lanjut Arin, air matanya mengalir tanpa henti, Arin terlihat berusaha menahan tangisnya, ia berusaha terlihat kuat, namun gagal.
"Engga Rin, aku yang salah" Minhyun mendekatkan tubuhnya pada Arin dan menarik Arin ke pelukannya. Akhirnya Arin menyerah, ia mengeluarkan tangisannya di dalam pelukan Minhyun.
Ia sedih, kecewa, dan menyesal. Bahkan belum genap 1 bulan usia kandungannya, ia sudah mengalami peristiwa tidak mengenakkan ini. Saat ia ingin menyambut kedatangan little Hwang di rahimnya, buah cintanya dengan Minhyun, namun Tuhan lebih dahulu mengambilnya.
"Aku gagal sebagai istri. Aku ga bisa jaga little Hwang dengan baik. Akhirnya, Tuhan mengambilnya.. a-aku-aku..." tangis Arin kembali pecah. Minhyun semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap punggung Arin berusaha menenangkan.
"Engga Sayang, jangan bilang gitu. Kamu adalah istri terbaik buat aku. Istri paling sempurna buat aku. Jangan pernah bilang gitu, Sayang"
Minhyun berusaha menenangkan Arin yang terus-terusan menangis.
Setelah lama menangis, akhirnya Arin tertidur di pelukan Minhyun. Kini keduanya sedang berbaring di tempat tidur pasien. Lengan Minhyun saat ini menjadi batal Arin.
Keduanya tertidur sambil berpelukan, sesekali masih terdengar isak tangis Arin yang matanya sudah terpejam. Meski mengantuk, namun Minhyun tetap sigap memeluk Arin dan menenangkannya jika isak tangis Arin terdengar lagi.
"Kak...." panggil Arin.
"hm?" Minhyun terbangun akibat panggilan Arin, ia mengucek matanya dan kaget Arin di sampingnya sudah terbangun dan menatapnya serius.
"kenapa ? Perut kamu sakit lagi? Atau ada yang sakit Yang?" Minhyun sedikit menegakkan posisi tubuhnya. Arin menggeleng dan menarik Minhyun untuk berbaring lagi.
"Aku ingin sendiri dulu" Arin menggigit bibirnya, dan menatap Minhyun hati-hati.
"hm?" Minhyun melebarkan matanya menatap Arin bingung.
"kita..... untuk sementara... aku butuh waktu untuk sendiri dulu Kak. Banyak hal yang ingin aku renungi" ucap Arin berbata-bata, Arin menundukkan pandangannya tidak berani menatap mata Minhyun.
Minhyun mengeratkan pelukannya pada Arin, "Kamu jangan aneh-aneh Sayang, please" Minhyun berusaha mengabaikan permintaan Arin barusan. Namun Arin tidak menyerah. Ia menarik diri dari pelukan Minhyun.
"Aku mohon, kali ini, aku benar-benar butuh waktu sendiri Kak. Aku mohon, kita pisah dulu ya. Aku butuh waktu" ucap Arin lirih, kali ini matanya sudah berkaca-kaca, beberapa saat air matanya mulai mengalir.
"Engga Sayang, gimana bisa aku pisah sama kamu. Please, jangan gini"
"I beg you"
"Arin... please, jangan gini"
Sorry, lama update.
Next diusahakan lebih fast update. Kindly vote and comment yaa...
Happy reading! Mohon maaf juga atas segala kekurangan cerita ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Kedua | Hwang Minhyun
Kısa Hikaye(COMPLETED) "Aku takut, melakukan kesalahan lagi...." "Aku takut, jatuh cinta lagi" "Aku takut, kehilangan kamu lagi" 04 June 2018 - 01 August 2018