chapter - 10

8.5K 497 2
                                    

ABSURD COUPLE :
Permintaan yang Bersifat Harus.

***

Johan berhenti tertawa saat melihat Nata terbirit-birit menuju mobil dan meninggalkan sepatunya. Johan membersihkan sepatu Nata  kemudian membawanya ke Nata.

Johan menghampiri mobil Nata dan duduk di kursi kemudi. Johan terkejut melihat Nata sedang menangis higga tubuhnya bergetar hebat.

"Nat, Sorry gue gak sengaja."

"GAK LUCU TAU GAK."

"Nat gue gak tau lo bakal setakut itu." Johan mencoba meraih tangannya.

"PERGI !!!."

Entah keberanian dari mana, Johan meraih tubuh Nata dan mendekapnya dalam pelukan.

"Lo ngapain sih Jo, sana pergi."

"Maaf. Gue gak akan ngelakuin itu lagi."

Nata menangis di pelukan Johan. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Nata menendang Johan untuk keluar dari mobilnya. Namun yang Nata lakukan hanya diam. Sedangkan Johan sangat merasa bersalah. Gisya tidak mengatakan bahwa Nata setakut ini. Gisya hanya bilang Nata tidak menyukai Cacing. Johan mengelus rambut Nata.

"Nat, jangan nangis lagi dong. Gue makin ngerasa bersalah."

Nata melepaskan pelukan Johan kemudian matanya menangkap sepatu yang tadi ia buang.

"Ngapain lo bawa sepatu itu?. Buang. Gue gak mau pake sepatu itu lagi."

Johan mengangguk.

"Lo pulang sekarang. Gue antar."

"Gak usah, mobil lo gimana kalo lo antar gue?"

"Gue tinggal."

"Gak usah. Udah sanah keluar."

Johan pasrah kemudian turun dari mobil Nata dan masuk ke mobilnya. Setelah menaruh sepatu Nata di bawah kemudian ia menjalankan mobilnya tepat di belakang mobil Nata.

Nata menyadari namun hanya diam. Setelah memasuki parkiran apartemen, barulah Johan menjalankan mobilnya untuk pulang.

***

Johan memasuki rumahnya dan langsung di sambut oleh adik satu-satunya.

"Abang."

"Halo princess, udah makan belom?"

"Udah."

"Mama mana?."

"Tidul."

"Abang anter Ica ke kamar ya? Abang mau mandi dulu."

"Kakak Nata kapan kecinih lagi?."

"Nanti abang ajak kesini lagi."

Ica bersorak bahagia.

"Bang." panggil Papanya yang baru saja tiba.

"Eh Papa." Johan dan Ica menyalimi punggung tangan Papanya.

"Kamu udah packing? Besok berangkat study campus kan?."

"Besok aja deh Pa, kan berangkatnya juga sore."

"Orang tuanya Zenia nyuruh Papa buat ngizinin kamu ke vila mereka di puncak."

"Sebenarnya, Johan malas, Pa."

"Sabar. Ini cuma selama masa penyembuhan dia. Setelah itu mungkin fikirannya lebih dewasa dan mengerti kalo kamu punya keinginan sendiri dan gak bisa selamanya di sisi dia."

Absurd Couple [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang