ABSURD COUPLE:
Emosi yang Tertahan***
Mendengar Nata mengucap kata putus, Johan menatap manik mata Nata untuk mencari sebuah jawaban bahwa perkataan barusan memang murni dan benar-benar keinginan Nata. Namun yang Johan lihat hanyalah cairan bening yang tak berniat berhenti untuk keluar. Nata membuang muka ketika Johan menatapnya seperti itu. Karena di tatap oleh Johan membuat dadanya lebih sakit.
Johan meraih lengan Nata meskipun Nata mencoba melepaskan genggaman itu, Johan tetap mempererat genggamannya.
"Nat, gue udah pernah bilang sama lo. Apapun yang terjadi--"
"Gue udah lupa. Dan gue gak mau di ingetin."
"Dengerin gue dulu, Nat."
"Oh selalu. Selalu gue dengerin kata-kata yang manisnya ngalahin gula itu. Bahkan hanya melalui kata-kata aja lo berhasil bikin gue masuk perangkap lo."
"Gue gak pernah main-main sama ungkapan perasaan gue ke lo Nat."
"Lalu apa yang lo lakuin selama ini? Apa saat lo bawa gue masuk ke hidup lo yang sebenernya udah ada dia. Itu bukan main-main ya?"
"Gue yakin Gisya udah jelasin semuanya sama lo."
"Tapi gak seharusnya lo bawa gue masuk ke masalah lo sejak awal, Johan" ucap Nata dengan nada yang cukup keras.
Johan menundukan kepala kemudian dia melipat kakinya ke belakang hingga kini tubuhnya ditopang oleh dengkulnya. Nata hanya diam melihat Johan yang terlihat seperti lelaki yang sangat lemah di hadapannya.
Johan meraih lengan Nata dan mengusapnya pelan. "Ayo tampar gue lagi, apapun. Lo bebas lakuin apapun Nat. Lampiasin semua rasa sakit lo, lampiasin semua amarah lo, sampai lo puas dan berhenti nangis. Lo harus tau, liat lo kaya gini lebih menyiksa di banding tamparan lo."
Nata tak bisa menahan air matanya. Akhirnya Nata menangis lagi dan lagi. Dengan segala kekuatannya, Nata berucap,
"Lo tau Jo, gue pernah benci sama Rere karena dia pernah hadir di antara hubungan gue dan Kean tapi lo liat sekarang, gue bahkan membenci diri gue sendiri." setelah mengatakan itu, Nata berbalik kemudian duduk di sofa dengan menutup seluruh wajahnya."Nat--" panggil Johan ketika Johan duduk di samping Nata dan mencoba merengkuh Nata.
"Pergi, Johan." ucap Nata melemah masih dengan isak tangis.
"Gak akan. Gue gak akan pergi."
"Gue mohon, pergi."
"Gue sayang lo, Nat."
"Pergi, Jo."
"Gimanapun caranya, gue akan lepasin Zenia."
"Jangan. Gue mohon, lepasin gue aja. Lanjutin semuanya. Gue yakin suatu hari nanti, lo bisa mencintai Zenia sebagaimana Zenia mencintai lo."
"Nggak."
"Jo, lo punya orang yang hatinya harus lo jaga. Gue itu cuma orang asing yang hadir sebagai perusak."
"Lo itu pengobat, Nat. Lo pengobat saat hati dan perasaan gue hampir mati."
Nata diam. Hanya isakan yang terdengar. Johan semakin merasa tersiksa hingga akhirnya, Johan merengkuh Nata ke dalam pelukannya.
"Gue bebasin lo, Nat. Bersama gue, hanya akan bikin lo ngerasain hal yang lebih sakit dari ini. Tapi satu hal yang harus lo percaya, dengan siapapun raga gue, tapi hati dan perasaan gue itu buat lo. Jangan nangis lagi, gue pulang dulu. Gue sayang lo." Johan melepaskan pelukannya kemudian mengambil tasnya dan melangkah tanpa menoleh pada Nata seolah mencoba tak perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd Couple [End]
Teen FictionNatalie Florina, itulah nama sesuai akta kelahirannya. Menyukai makanan ringan, film bergenre horror, dan matematika. Usai meninggalnya kedua orang tua, Nata memilih tinggal di sebuah apartemen yang lokasinya tidak cukup jauh dari sekolah barunya. B...