Tiga

4.2K 267 0
                                    

Aku berlari melewati lorong kelas. Aku terlambat di jam olahraga. Aku melangkah cepat menuju ruang ganti.

Aku tidak pernah terlambat, jadi sekali terlambat ya panik.

"Bete! Kenapa harus telat sih?" Aku gugup. Ku buka kerudungku.

"Panas kan jadinya. Ah bete ih!"

Aku duduk dikursi ruang ganti. Sekolah sepi, sudah masuk jam pelajaran sih jadi sepi. Hem.

Aku melangkah keluar tanpa balutan kerudung. Nyari angin bentar mumpung sepi. Aku celingukan, nggak ada orang.

Sekali lagi ku palingkan wajahku ke kanan. Ada seseorang yang berdiri menatapku. Aku berteriak dan langsung masuk ke dalam.

"Tadi siapa? Ih dia gila apa, orang lagi nggak dikerudung malah diliatin. Ah kesel! Ih nyebelin banget sih tuh cowok!"
Aku mencak-mencak sendiri.

"Kira-kira dia siapa yah? Kenal aku nggak yah? Semoga nggak! Aaamiiinn.."

Akhirnya aku bolos di jam olahraga dengan alasan sakit perut. Bohong deh jadinya. Ya gimana lagi? Kepepet sih.
Hehe.

Dimaklumin kan yah? Semoga aja sih dimaklumin.

"Laula, kamu sakit?" tanya Rizky.

"Hah?"

"Sakit perut?" tanyanya lagi. Ya ampun gara-gara bohong, sih.

"Oh, udah enggak..." Aku nyengir lebar.

Kami berdua diam. Lalu aku berbicara lagi karena butuh.

"Iky, dikelasmu sudah ulangan Fisika?" Dia menggeleng.

"Yah... " keluhku.

"Laula kau harus belajar.." Iky tau karena aku adalah orang yang susah untuk belajar dan malas berpikir.

"Tidak mau!"

"Kau ini malas sekali!" Dia menepuk-nepuk puncak kepalaku pelan.

"Biar! Kan ada Iky."

"Jangan terus bergantung!"

"Aku tak bergantung, aku hanya mengandalkan!" aku mencoba mengeles jawaban.

"Sama saja!" Dia kembali mengusap kepalaku, dengan tidak pelan.

"Iky kau menyebalkan selalu merusak kerudungku.." Dia hanya tersenyum.

"Mengapa hanya tersenyum?" karena responnya selalu saja begitu ketika sudah berhasil membuatku merasa jengkel.

"Karena denganmu aku tak bisa bersedih.."

"Gombal sekali..... "

"Tidak!" elaknya.

"Iya!"

"Hem.. " Dia selalu mengakhiri percakapan dengan tidak mau membuatku berdebat.

Aku selalu punya alasan untuk tersenyum. Apalagi bila ada Rizky disampingku.

Aku tak pernah bersedih karenanya, tak pernah menangis karenanya. Aku selalu bahagia, bahagia sekali.

Mungkin karena aku sedang jatuh cinta, tapi tidak. Jangan hanya sedang jatuh cinta aku bahagia. Harus setiap hari merasa bahagia dengan alasan apapun.




***


"Laula, nanti Kyai Ayah waktu dipesantren dulu mau main kesini. Kamu dirumah aja ya?"

Duh, kenapa ngedadak sih bilangnya. Aku kan ada janji sama Iky dan Mifta.

Hufffff batal lagi deh. Hari minggu nggak pernah bisa jalan bareng. Padahal kemarin udah janjian bener-bener mau jalan bareng. Sedih. Hiks.

Dzulfikar (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang