Lima

3.8K 246 0
                                    

Cobaan memang sebuah keadaan yang wajar dalam hidup. Namun rasanya aku sudah ingin menyerah sebelum menjalaninya.

Bagaimana tidak menyerah? Ini terlalu berat bagiku. Rasanya aku tidak mau bertemu siapa-siapa. Rizky kau kemana? Aku membutuhkanmu.

Ayah, kenapa Dzulfikar seperti itu padaku? Berbuat seenaknya. Dan lagi, dia gila! Membuatku bermasalah dengan Rizky dan Mifta. Aku tak mau bertemu siapapun. Tidak mau!

Hpku berdering. Ku lihat layar. Ah, iky!
Ku hapus air mataku. Akhirnya, dia menelepon juga!

"Assalamu'alaykum iky?"

"Wa'alaykumussalam"

"Iky apa kau marah?" tanyaku memastikan.

"Tidak... " jawabnya santai.

"Lalu kenapa kau pergi meninggalkan aku?"

"Karena Mifta menarikku."

"Dan kenapa kau tidak kembali?"

"Iya, aku minta maaf."

"Bukan kau, seharusnya aku yang meminta maaf padamu. Maafkan aku iky.. "

"Em. Apa kau menangis?"

Aku diam. Ya, memang aku tadi menangis tapi masa aku harus jujur? Kan malu.

"Jangan menangis. Aku disini." mencoba menenangkan keadaanku. Dan aku senang dia melakukan itu.

"Terimakasih."

"Jangan menangis lagi, ya?" pintanya.

"Apa aku sudah kau maafkan?" karena aku khawatir dia berpikir bahwa aku menerima lamaran Dzulfikar.

"Kau tak bersalah, Laula."

"Tapi aku merasa bersalah."

"Itu hanya perasaanmu saja. Sudah ya jangan menangis lagi. Aku tak suka."

"Mengapa tak suka?"

"Karena aku tak bisa berbuat apapun saat kau menangis." Aku tersipu.

"Iky, sukanya gombal."

"Gombal itu bohong. Aku nggak bohong.."

"Hem. Iya deh percaya."

"Tidur gih. Besok sekolah ya?" perintahnya.

"Entahlah." karena aku masih belum mau bertemu siapapun.

"Aku ingin melihatmu tersenyum. Sekolah ya?"

"Baiklah. Tapi aku tak janji.."

"Ya sudah. Selamat tidur Laula. Aku tak bisa selalu ada disampingmu. Tapi ku usahakan saat kau butuh, aku akan ada. Aku mencintaimu Laula. Mimpi indah, agar kau tersenyum.. "

"Aku sudah tersenyum!"

"Syukurlah."

"Iky, jangan pergi.. " Entah kenapa tiba-tiba aku berbicara seperti itu.

"Kan kau mau tidur. Jadi matikan teleponnya."

"Bukan itu ih! Jangan pergi dari hidupku."

"InsyaAllah. Asal kau tidak menangis."

"Itu sih bisa diatur!" kataku menggampangkan.

"Laula, apapun ujian dalam hidupmu semoga kau tetap tegar dan kuat.." ya semoga saja.

"Dan bila takdir tak berjalan seperti apa yang kau inginkan, kau jangan berontak. Jika itu baik, maka terima."

  Aku terdiam agak lama untuk berpikir dan mencerna kata-kata Iky. Mengapa dia tiba-tiba bilang begitu?

Dzulfikar (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang