Part Curhatan Author

548 46 6
                                    

Setelah hampir dua tahun baru kepikiran mau nulis curhatannya. Hahaha lucu bat dah-_-

Oke. Assalamualaikum readersku, para pecinta dunia khayalan hehe. Ijinkan aku menceritakan sedikit perjalanan cerpen ini pada kalian. Btw, aku udah banyak nulis cerpen tapi cuman beberapa yang aku post ke wattpad.
Mungkin udah ada 10 judul, semuanya ditulis di buku, dan bukunya aku tinggal dipesantren huehehehe.

Dan, cerpen ini adalah karya pertamaku yang puanjang. Setelah nulis Dzulfikar, aku bisa nulis cerita lebih panjang lagi. Jadi ibaratnya Dzulfikar ini gerbang buat aku ngebuka lebih banyak ide cerita. Cerpen ini dibuat pas tahun pertamaku di pesantren kayaknya. Dan idenya muncul tiba-tiba, terlintas gitu aja.

Ceritanya, waktu itu aku lagi duduk didepan kamar sambil memangku dagu menatap pagar pembatas karena kamarku di lantai 2. Terus tiba-tiba terlintas dalam benakku "kalau orang nikah gara-gara auratnya dilihat cowok gimana yah?" Lalu terbuatlah cerpen itu. Pada mulanya, aku nyari nama lebih dulu. Judulnya belakangan wkwkwkwk. Nyari yang unik, dan jarang ditemui. Nanya ke temen2 bahasa arabnya "Mengapa" itu apa? Laula bukan? Dia jawab ya bisa itu juga. Akhirnya terpakailah nama Laula. Dzulfikar, aku pakai karena dia adalah nama pedang dari Sayidina Ali. Dua nama itu dipilih karena buat nyambungin ke puisi yang ada di cerpen ini.

Pembuatan cerpen nggak cukup lama sih, mungkin sekitaran satu bulan atau dua bulan kurang deh. Soalnya aku kalau ide lagi lancar pasti nulis terus. Nah, di cerpen ini aku pernah hampir mau nangis karena sedih liat Rizky yang harus ditinggal gitu aja sama Laula. Seperih itu ya perpisahan yang tidak kita inginkan. Kerelaan Rizky itu yang bikin aku nyesek banget, soalnya dengan cara Rizky yang terus diem itu malah bikin yang baca tambah ngikut ngerasain seseknya.

Cerpen ini paling legendaris dipesantren. Aku juga seneng banget sih sama cerpen ini, simple, ringan tapi perasaannya semua tergambar. Bahwa cinta itu pada dasarnya adalah merelakan. Harus siap rela terluka dan melepas. Yang komentar dibuku cerpen ini buanyakkk. Hampir satu pesantren baca semua dan terbawa suasana ceritaya. Ada yang nangis pas Rizky kecelakaan. Ada yang awalnya benci sama Dzulfikar karena ngerebut Laula, tapi malah akhirnya pada baper sama keUwUan Dzulfikar ke Laula. Dan buanyak yang kepengen kalau suatu saat suami mereka itu bisa kayak Rizky atau Dzulfikar. Hehehe lucu-lucu deh mereka tuh, suka nyewot kalau ada tokoh jahat. Karena penulisnya ada disekitar mereka sih jadinya gampang protes kalau jalan ceritanya gak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Btw, nulis cerpen Dzulfikar itu nggak nunggu selesai dulu, tapi tiap aku nulis 1 episode, langsung digilir bukunya ke anak kamar buat gantian baca. Setiap aku mau tidur, mereka langsung bilang "Nulis dulu lanjutan Dzulfikar donggg, mbaaaaaa!!!" Yaudah, alhasil sambil nahan ngantuk aku nulis, abis itu ku serahin ke mereka buat dibaca.

Sampai sekarang, santri disitu selalu nungguin tulisanku. Mereka selalu sangat antusias dengan semua ceritaku. Yang paling sering sih, pada minta tolong buat dibikinin puisi. Entah itu buat penyemangat, buat ulangtahun, buat do'i, buat bapak, buat ibu, buat penghafal dan buanyakkkk yang lainnya. Sesuai request, aku selalu bikinin mereka puisinya asal mereka nyediain kertas sama pulpen sendiri. Cuman itu syaratnya.

Dulu, cita-citaku, kepengen jadi orang yang berguna buat oranglain. Entah dari jalur mana, pokoknya aku kepengen berguna. Dari kelebihan yang Allah kasih ini, aku nyoba buat ngasih apa yang aku bisa ke mereka. Dan aku seneng, ngajarin beberapa hal yang aku tau ke mereka. Meski sedikit, seenggaknya mereka juga jadi bisa paham dan ngerti caranya nulis. Aku percaya setiap orang itu bisa nulis dengan gayanya yang berbeda.

Santri disana selalu seneng kalau aku baca puisi, kata mereka penuh penghayatan. Sebenarnya, kita hanya perlu memahami apa yang kita baca. Ya karena aku baca puisi ku sendiri sih, jadinya aku bisa paham. Tapi kalau baca puisi oranglain, kayaknya aku gak bisa hehehe.

Cerpen ini, didedikasikan khusus untuk teman-teman santriku disana. Semoga do'a kalian yang kepengen cerpen ini bisa terbit jadi novel ataupun bisa dilayar lebarkan bisa terkabulkan. Entah kapan, semoga saja bisa.
Atau, salah satu karyaku bisa menembus ke penerbit. Itu do'a, dukungan dan impian kalian juga. Semoga ada salah satu karyaku yang benar-benar bisa jadi buku dan bisa kalian pegang serta baca. Aku pasti bakalan kasih tanda tangan gratis dengan percuma hahaha. Etdahhhh dah ngayal aja aku. Tapi, aamiin. Semoga Allah memperkenankan yah mimpi aku, dan kalian semua.

Terimakasih teman-teman pembaca, yang tidak pernah berhenti mengkritik, memberi ide, motivasi dan menjadi penyemangat untuk kelanjutan setiap cerpenku. Tenang yah, nama-nama kalian yang suka riques nantinya juga bakalan muncul sendiri di cerpenku yang lainnya.

Terimakasih juga untuk readers wattpadku, yang setelah membaca cerpen ini langsung follow atau baca cerpenku yang lainnya. Penulis masih amatiran, hanya sekedar menulis untuk bisa jadi ladang amal dan pembelajaran. Meski hanya secuil semoga saja bisa bermanfaat buat diri kita ini yang masih perlu banyak belajar.

Stay positif, stay semangattt, tetap jadi pribadi yang baik. Bahwa kehidupan adalah sebagaimana prasangka kita.

See you readersku. Terimakasih atas bintang, komentar, atau kalian yang kadang merekomendasikan cerpen ini kepada teman kalian. Hehehe, nuhun yaaa❤



Wassalamu'alaikum ❤



Tertanda :

🍁Nana Raynaa
Salam sayanggg ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dzulfikar (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang