* Aku sudah mulai terbiasa
Melihat tawa dan bahagiamu dengannya
Kadang masih terasa sesak
Namun tak apa
Biarlah
Aku tidak akan mengusikmu
Aku tau siapa aku
Biarlah aku hanya menjadi bagian dari masa lalumu yang tidak ada lagi di hidupmu
Aku yakin aku mampu bahagia
Seperti dahulu sebelum aku mengenalmu(Rizky Al-Farisi)
(*Puisi Kiki Azk)
Rizky melangkahkan kakinya dengan pelan menghirup aroma kenangan yang masih tersimpan kuat di memorinya. Hatinya masih disana meski tubuhnya sudah melangkah jauh darinya. Semua tertinggal disana, meski ia sudah berusaha membuangnya.
Kali ini dia takkan memaksa, terserah saja ingin menetap atau pergi. Biarkan bayang Laula yang tertinggal menjadi penyemangat bagi hidupnya.
“Bagaimana kalau kau ku belikan eskrim Laula?” tanyanya. Pada siapa? Pada angin yang berhembus. Dia duduk dibangku taman sekolah. Terakhir kali mereka bersama disana.
“Aku tak pernah membelikanmu eskrim yah?” Rizky tetap bicara meski tak ada yang ia ajak bicara.
“Aku selalu memakainya, Laula. Memakai arloji ini, tapi ini hanya sebagai pengingat. Pernah ada kau yang pernah membahagiakan meski akhirnya kau harus pergi…”
Rizky menatap kosong pada langit lalu menghela nafas panjang.
“Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau bahagia bersamanya? Aku disini juga sangat bahagia…”
“Iky… aku mencintaimu…”
Rizky tersenyum, imajinasinya memunculkan bayangan Laula yang sedang melambai padanya dari kejauhan. Rizky balas melambai, namun bayang itu sudah hilang.
“Kau sangat ku rindukan… sangat aku rindukan, Laula…”
Mentari yang tadinya cerah kini tertutup awan hitam. Langit yang tadinya ceria berubah mendung. Perlahan air turun rintik-rintik dari langit.
Rizky memejamkan matanya. Semakin lama makin deras tapi tiba-tiba tak ada air yang melewati tangannya, dia membuka matanya.
“Hujannya berhenti?”
“Tidak!” jawab seseorang. Rizky menoleh, ada seorang gadis yang memayunginya. Dia tersenyum ramah.“Laula?” tanya Rizky sambil menyipitkan pandangannya.
“Heh? Laula? Bukan!” imajinasi Rizky terbuyar, bukan Laula ternyata.
“Siapa kau? Untuk apa disini?”
“Aku? Hanya ingin memberikanmu payung. Ini pegang. Kau payungi dirimu sendiri, agar kau tidak kehujanan. Aku mau hujan-hujanan!” gadis itu memberikan payungnya pada Rizky, lalu pergi berlari menembus hujan.“Untuk apa? Aku suka hujan, yah Laula?”
Tiba-tiba ia teringat saat berdiri di halaman Laula dan menenangkan Laula agar tak menangis. Setelah itu dia kecelakaan dan koma. Kenangan bersama Laula tak pernah habis. Rizky menaruh payungnya.
“Aku lebih suka hujan daripada harus berteduh darinya…” katanya pelan.
Tubuhnya basah diguyur hujan. Rizky memejamkan mata.
“Laula, mengapa kau tak disini? Kenapa aku terus merindukanmu? Aku harus bagaimana sekarang? Terserah saja yah? Hidup itu agak menyakitkan, yah Laula?”
Rizky tersenyum, ia harus membawa pergi kemana hatinya?
Harus mulai menata darimana?“Ini tidak menyakitkan, aku hanya sedikit rindu padamu…”
***
“Rizky!” Rizky menoleh.
“Kau?”
“Iya. Kau tak kenal aku?” Rizky menggeleng.
“Jadi waktu itu, saat aku berikan payung padamu kau tak mengenaliku?”
“Memangnya kau siapa?” tanya Rizky datar.
“Aku Maula. Temen satu angkatanmu.” Dia tersenyum ramah.
“Apa kau kuliah disini?” tanya Maula.
“Ya.” Jawabnya singkat.
“Oh, sama. Kau ambil Fakultas apa?”
“Bahasa Indonesia.”
“Wah keren. Kalau aku ada tugas boleh aku minta tolong.”
“Hem…”
“Sastra atau pendidikan?” tanya Maula ramah.
“Sastra.”
“Apa kau mau jadi seorang penulis?”
“Mungkin.”
“Kau pasti pandai berpuisi.”
“Sepertinya.”
“Baiklah, aku pamit yah. Harus masuk kelas kayaknya.”
“Iya.” Maula pergi tapi kembali lagi.
“Rizky, kapan kau akan tersenyum bahagia seperti saat kau dengan Laula?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzulfikar (✓)
Подростковая литератураCover by : @novendra_ardiansyah Aku adalah gadis remaja SMA. Menjalani kehidupan sama seperti remaja lainnya. Aku punya kekasih bernama Rizky Al-Farisi. Dia tampan dan baik sekali. Tapi, semua kehidupanku berubah ketika seseorang bernama Dzulfikar d...