Dinner

35 3 0
                                    

Johnson menghentikan mobilnya.

"Kok kita berhenti?"
"Aku mau sebelum kita sampai, kamu tutup mata kamu pakai penutup mata ini."
"Kok gitu?"
"Aku 'kan mau kasih suprise buat kamu."
"Memang apa suprise-nya?"
"Kalau aku kasih tahu kamu sekarang  bukan suprise namanya, Jenzie."
"Iya juga."

Jenzie pun terkikik.

"Makanya, pakai dong."
"Iya-iya. Sabar."

Jenzie pun memakai penutup matanya dan Johnson kembali melajukan mobilnya.

***

"Apa rencana kita selajutnya, bos?"

Kenzo hanya tersenyum sinis.

***

Johnson menarik kursi untuk di duduki Jenzie.

"Sekarang kita sudah sampai. Silahkan duduk."
"Sekarang, aku boleh buka penutup matanya?"
"Boleh."

Jenzie pun membuka penutup matanya dan terpana dengan sekelilingnya.

"Bagaimana?"
"It's beautiful."
"So?"
"I really like it. Thank you."
"Yourwell. Kalau gitu, ayo makan."

Jenzie pun tersenyum.

"Oh ya, kamu sendiri yang menyiapkan semua ini?"
"Iya. Kurang rapi, ya?"
"Nggak, kok. Ini itu perfect banget. Berapa lama kamu menyiapkan ini semua?"
"Sekitar dua jam."
"Dua jam, sendirian. Tapi, bisa se-perfect ini? It's amazing. Aku aja nggak bisa."
"Sudahlah. Nggak usah dilebih-lebihkan."
"Kamu itu, dipuji malah nggak mau." Ujarnya sambil tersenyum.
"Makananya enak?"
"Enak banget. Ini itu restaurant favorit aku dan ini adalah makanan yang selalu aku pesan."
"Kebetulan dong kalau begitu. Berarti, selera kita sama."

***

"Ro."
"Hmm?"
"Kita ngapain kesini?"
"Mau nyergap target. Ya, makan lah. Kalau loe ke restaurant, loe mau ngapain?"
"Makan lah."
"Itu tahu! Ya sudah, cepat pesan."
"Iya-iya. Santai aja."

***

"Malam ini indah banget. Biasanya aku lihat bintang-bintang ini di balkon dan sekarang, aku bisa lihat langsung disini."
"Memang, kamu nggak pernah duduk disini? Bukannya, kamu sering kesini?"
"Iya. Tapi, setiap aku mau duduk disini ada aja halangannya. Kalau nggak udah diisi atau nggak udah di reserved."

Johnson pun tersenyum.

***

"Ro."
"Apa lagi?"
"Tumben, loe ajak gue ke restaurant ini. Biasanya juga nggak."
"Ya, sekali-kali gue bawa loe ke restaurant semewah ini."
"Gue sih sering kesini. Tapi, itu bukan maksud gue. Loe pasti ada maunya 'kan. Makanya loe bawa gue makan."
"Loe selalu berprasangka buruk aja sama gue. Gue 'kan baik ajak loe kesini. Gue juga yang bakal bayar."
"Ya, abis biasanya 'kan loe suka gitu."
"Nggak lah. Kali ini gue benar-benar baik sama loe. Tanpa ada tujuan terselubung sedikitpun."
"Baguslah kalau begitu."

Hero memutar matanya dan melanjutkan makannya.

***

"Ini belok kemana, Zie?"
"Ke kanan. Lurus terus. Rumahku bercat putih."
"Ini?"
"Ya."

Johnson pun menghentikan mobilnya.

"Makasih, ya. Kamu udah ngajak aku makan malam dan repot-repot ngantar aku pulang."
"Nggak merepotkan kok. Santai aja. Kita 'kan sahabatan. Nggak usah merasa begitu."
"Iya. Kamu mau mampir dulu?"
"Nggak usah. Lain kali saja."
"Oh, kalau begitu kamu hati-hati di jalan."
"Iya. Bye."
"Bye."

Jenzie pun membuka pintu dan keluar dari mobil Johnson sambil tersenyum. Johnson pun langsung melajukan mobilnya.

***

Bersambung

More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang