Kamu Yang Sebenarnya...

29 3 0
                                    

"Emang loe nggak tahu kelakuan busuk pacar loe ini?"
"Jaga ya bicara loe! This is a trap! Don't believe this stupid girl!"
"Shut up! Gue nggak ngomong sama loe ya, gue ngomong sama Jenzie!"

"Kalau bukan karena dia, Johnson nggak akan kayak gini dan dia nggak akan pernah bertengkar dengan kakaknya, Kenzo!"
"What do you mean?"
"Listen."

"Jadi sebenarnya, ini sepenuhnya salah gue. Kalau aja gue nggak terobsesi dengan omongannya Hero, gue nggak akan kehilangan satu-satunya keluarga gue yang tersisa."
"Maksud loe?"
"Hero pernah bilang sama gue, kalau Johnson adalah penyebab pembunuhan orang tua kami. Dia juga bilang, kalau Johnson itu nggak pantas untuk hidup. Dia pantas untuk menerima kematian. Hero juga bilang, kalau dia berencana untuk membunuh gue. Dia bilang, Johnson haus akan kekuasaan. Dia sengaja menjebloskan gue ke dalam penjara, karena dia takut sama gue. Takut mendapatkan harta warisan yang sedikit atau tidak mendapatkannya sama sekali."

"Gue merasa bodoh banget percaya sama omongannya dia. Gue kakaknya, harusnya gue yang lebih tahu tentangnya. Gue tahu apa pengorbanannya. Seberapa besar itu, gue nggak pernah perduli. Gue memang bad brother buat dia, tapi selama gue bisa gue akan lakukan apapun yang terbaik. Karena gue nggak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya. Gue sudah cukup sabar menahan rasa rindu dan keinginan untuk bersamanya. Tunggu gue, John. Gue pasti keluar secepatnya. Gue akan lakuin yang terbaik untuk kesembuhan loe, gue sayang banget sama loe dan buat loe, Hero. Tunggu gue. Gue nggak akan biarin loe hidup tenang, sekarang! Loe akan merasa bersalah seumur hidup loe! Maybe, I'm gonna kill you for my lil' bro!"

Heropun mundur beberapa langkah. Wajahnya seketika pucat. Jenzie yang melihatnya langsung mencercanya dengan seribu pertanyaan.

"Kenapa loe? Takut? Berarti bener apa yang dia bilang?"
"Nggak gitu, by. Kamu jangan percaya gitu aja dong. Bisa aja 'kan mereka sekongkol. Look, dia mengancam membunuhku. Ini bisa dilaporkan sebagai kasus ancaman."
"Jadi, buktinya kurang? Okay. Masih banyak! Kalau loe masih nggak mau ngaku!"

Jenzie pun menunjukkan sebuah video dimana Hero berkesempatan untuk menyiksa Johnson. Ia menamparnya dan menonjokinya beberapa kali. Membiarkannya lemah tak berdaya dan tak bisa berbuat apa-apa.

"Loe harusnya mati! Loe nggak pantas jadi captain! Harusnya gue! Harusnya loe mati aja dengan mantan kekasih loe yang sudah mati itu! Loe harusnya mati! LOE HARUS MATI! Rencana gue untuk membuat loe mati nggak akan gagal lagi. Kalau perlu, gue akan mengantar loe ke neraka! Bersama wanita yang loe cintai itu! Atau sekalian saja dengan kakak kesayangan loe itu!" Ujarnya sambil tertawa.

"Psychopaths!"
"Nggak gitu, Chip. Kamu jangan mudah percaya dengan wanita ini. Dia bohong! Dia pembohong besar!"

"Kurang bukti apalagi, hah? Kamu yang bunuh kakak aku. Kamu juga yang berusaha buat bunuh captain kita, Johnson. Inget! Dia bukan sekedar captain buat gue! Dia juga kakak gue! Walaupun tidak sedarah. Tapi, dia mampu jadi sosok kakak pengganti buat gue! Gue pikir, rasa ini benar. Gue pikir, loe baik. Loe cinta sama gue. Tapi, nyatanya? Nggak! Loe bunuh kakak gue dan sekarang? Loe mau melenyapkan seorang sosok kakak buat gue selama ini? Gue nggak akan biarkan itu! Loe jahat, Hero! Loe jahat! Loe menghancurkan semua rasa ini dengan sangat menyakitkan! I hate you!"

"Terus kamu nggak jahat? Iya? Selama ini, Johnson selalu jadi prioritas kamu! Aku kapan? Aku cuma dapet sedikit perhatian yang kamu kasih ke Johnson. Kamu pikir aku nggak iri? Aku iri, By! Dia selalu dapet yang terbaik. Sedangkan aku? Nggak pernah!"

"Kamu terlalu haus akan kekuasaan. Tanpa sadar ada wanita tulus yang mencintaimu apa adanya. Aku cinta sama kamu. Kalau aku nggak cinta sama kamu, aku nggak mungkin terima kamu. Kamu harusnya mikir! Pikir pakai otak kamu, Johnson itu kakak aku dan kamu lebih dari itu. But, semuanya sudah terlambat. Kita putus! Aku benci kamu dan kamu harus menerima hukuman yang sepantasnya!"

"Wh—what do you mean?"

"Tangkap dia dan masukan dia ke penjara! Jangan lupa, borgol tangan dia dan tutup matanya. Kalau tidak, dia bisa lepas."
"Tapi..."
"Gue atasan loe! Loe bisa gue tembak karena melawan! So, it's up to you."
"Okay. I do!"

"Chip, listen! Jangan bawa gue! Hei! Chip! Lepasin! Chip!" Ujarnya memberontak.

Chipper pun terlutut dan terisak.

"Gue bodoh banget udah jatuh cinta sama psychopaths kayak dia! Gue harusnya sadar, dia bukan laki-laki yang baik. Kenapa gue harus jatuh cinta sama dia?"

Jenziepun terlutut dan memeluknya.

"Hei, listen to me. Dalam hidup, kita nggak selalu berhasil. Ada kalanya kita gagal. Loe harusnya bersyukur, karena loe nggak sempat menikah sama dia. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk anak-anakNya. Masih banyak kok spesies cowok. Mencintai itu mudah. Yang sulit adalah mempertahankan. Move on. Carilah laki-laki yang terbaik buat hidup loe. Gue akan selalu ada buat loe, gue akan jadi kakak perempuan buat loe."

"Promise?"
"Promise."

Chipper pun memeluk Jenzie semakin erat dan tersenyum.

"Thanks, sist."
"Yourwell, my lil' sist."

***

Bersambung

More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang