Seseorang memasuki ruang rawat dengan tergesa-gesa.
Brak
Pasien itu langsung terkejut ketika pintu rawatnya dibuka dengan keras.
"Je--Jenzie?"
Jenzie langsung berlari menghampiri Johnson yang sedang duduk di brankarnya.
"Kamu itu, nggak bilang kalau kamu masuk rumah sakit. Aku nggak bakalan tahu kamu disini kalau bukan Hero yang ngasih tahu."
"Hero! Awas loe!" Batinnya"Kok kamu nggak jawab pertanyaan aku sih?"
"Eh, iya-iya. Aku minta maaf. Lagian gimana aku mau ngasih tahu kamu, bangun-bangun aja aku ada di UGD. Aku nggak apa-apa kok."
"Nggak apa-apa? Kamu bilang nggak apa-apa?"
"Iya." Polosnya.
"Kalau kamu nggak apa-apa, kamu nggak mungkin koma tiga hari!"
"Hah?! Ti--tiga hari?"
"Iya."
"O my God!"
"Biasa. Biasa aja. Nggak usah lebay!"***
"Duh, kenapa sih tiga hari ini gue khawatir nggak jelas. Mana gue merasa bersalah banget lagi. Ngapain coba gue merasa bersalah karena udah nusuk Johnson. Dia 'kan memang pantas menerimanya!"
***
"Ya, habis. Kamu sih."
"Kamu itu ngapain sampe kayak ketusuk gini? Kamu ikut tawuran ya? Atau jangan-jangan kamu ikut gank motor yang suka buat kerusuhan itu?"
"Enak aja! Aku kayak gini karena kerjaan."
"Kerjaan? Kamu kerja apa?"DAMN
Johnson terdiam. Ia tak bisa berkutik. Ia tak bisa berkata-kata.
"A--aku kerja..."
"Tuh 'kan, kamu nggak bisa jawab. Pasti iya 'kan?"
"Ng--gak. Jadi, aku itu lagi di perusahaan papaku. Terus ada kerusuhan. Eh, aku yang jadi korban."
"Oh."
"Cuma 'oh' doang?"
"Terus aku mau bilang apa?"Johnson pun memutar bola matanya.
"Huh, gitu aja marah! Ya sudah kalau kamu marah sama aku, aku pulang aja."
"Eh!" Ujarnya sambil menarik tangan Jenzie.Mereka pun bertatapan.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Mereka pun tersadar. Johnson melepas genggamannya.
"Sorry. Jangan marah."
"Iya. Aku nggak marah kok. Kamu tenang aja. Kamu banyak istirahat. Biar cepet sembuh. Aku pulang dulu, ya. Besok aku harus kerja. Tapi, pulang kerja aku langsung kesini kok. Temenin kamu."
"Oh, kalau begitu hati-hati ya."
"Iya." Ujar Jenzie sambil tersenyum lalu berlalu dari Johnson.***
"Kenapa gue merasa nyaman banget berada di dekatnya Johnson?"
***
"Kenapa ketika gue melihat senyuman Jenzie, gue itu merasa bahagia banget?"
***
"Gue ngerasa aman kalau berada di dekat Johnson. Belum pernah gue ngerasain hal seperti ini."
***
"Jantung gue berdebar lebih cepat ketika gue pegang tangannya Jenzie dan berada dekatnya pun membuat jantung gue serasa olahraga."
***
"Ada perasaan bahagia ketika gue berada di dekatnya. Ada rasa takut kehilangan dia. Ada rasa khawatir ketika dia sakit. Apa yang terjadi sama gue? Gue kenapa?"
***
"Apa ini yang dinamakan cinta?"
Ujar Jenzie dan Johnson di tempat yang berbeda.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
More Important Than Anything ✅
Action"Kebenaran jauh lebih penting dari apapun. Termasuk cinta. Only truth no lies!" Highest rank: #297 in action ( 3-6-2018) #7 in Dimas Anggara ( 17-6-2018) #4 in Michelle Ziudith ( 30-7-2018) #1 in Dimas Anggara ( 4-8-2018) #3 in Mi...