Jhonson terbangun dari mimpinya. Mimpi yang selama ini selalu hinggap setiap malam.
***
"Cap, ini sudah keterlaluan."
"We don't."
"Cap, sudah banyak korban jiwa. Kita nggak bisa biarin gitu aja."
"Ro, kita nggak bisa ambil keputusan sepihak."
"Loe nggak bisa karena dia kakak loe! Loe lemah tahu nggak! Loe lebih milih dia daripada nyawa orang banyak yang sedang terancam! Dia itu pembunuh! Dia itu manusia bejat!" Ujarnya dengan nada sinis."Cukup! Jangan pernah loe rendahin dia kayak gitu! Mau bagaimanapun juga, dia kakak gue dan akan selalu begitu! Loe boleh hina gue. Loe boleh injek-injek harga diri gue. Tapi, jangan sekali-kali loe rendahin kakak gue. Keselamatan dia lebih penting dari apapun. Termasuk nyawa gue!" Ujarnya dengan emosi yang meluap.
"Sadar, Cap! Dia bukan kakak loe yang dulu!"
"Ingat ini. Gue akan lakuin apapun, ngelakuin segala cara supaya dia nggak mati."
"Cara apa? Cara apa, hah! Ngorbanin nyawa loe!"
"Iya. Gue siap mati buat dia!"
"Loe itu bodoh atau apa 'sih?"
"Gue bodoh. Iya. Loe pintar 'kan? Coba sekarang loe posisiin diri loe ke posisi gue. Apa mudah? Melihat orang yang selama ini kita sayangi, membelot dan membenci kita. Itu nggak mudah, Ro. Gue bertahan, karena gue mau menyelamatkan kakak gue dari kegelapan.""Loe bodoh tahu nggak! Loe sadar dong. Jangan bodoh kayak gini, Cap."
"Whatever!" Ujar Johnson sambil meninggalkan ruangan itu.
"Hero! Kamu itu apa-apaan 'sih? Kamu nggak boleh kayak gitu! Kamu kenapa 'sih?"
"Aku baik-baik aja. Aku cuma mau..."
"Mau Kenzo mati? Kamu sadar! Kamu bisa bunuh Jhonson perlahan! Kalau kamu mau bunuh dia, kita bisa kehilangan Johnson! Aku nggak mau kehilangan sosok kakak lagi. Cukup sekali, Ro. Cukup sekali. Aku kehilangan sosok kakak. Karena kamu. Jangan bangkitkan rasa benci yang sudah terkubur dalam-dalam dan mulai terganti dengan cinta."
"Aku ngerti. Tapi, itu bukan salah aku. Itu..."
"Bukan salah kamu. Tapi, keegoisan kamu! Kalau aja kamu nggak egois saat itu, aku nggak akan pernah kehilangan satu-satunya keluarga yang aku punya!""Hei. Listen to me. Itu semua karena Johnson yang lalai, bukan aku!"
"Terus aja kamu salahin Johnson. Kamu itu cuma bisa salahin orang lain. Kamu itu nggak pernah sadar akan kesalahan yang kamu buat. Kamu nyadar nggak? Siapa yang nembak? Kamu! Kamu yang bunuh kakak aku, karena emosi kamu!"
"Itu salah sasaran, Chip."
"Salah? Semuanya nggak pernah bener di mata kamu! Karena di mata kamu cuma terisi sama benci! Bukan cinta! Aku kecewa sama kamu!" Ujarnya sambil meninggalkan Hero yang sedang terlutut itu."Maafin aku, Chip. Aku nggak bermaksud. Arghh." Ujarnya sambil mengacak-acak rambutnya.
***
"Zie, kita harus bertemu."
"Kapan? Dimana?"
"Hari ini. Pukul 7 malam, di tempat biasa."
"Baik. Memangnya ada apa?"
"Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan."
"Okay. See you tonight."
"I love you."
"I love you too, Baby."***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
More Important Than Anything ✅
Action"Kebenaran jauh lebih penting dari apapun. Termasuk cinta. Only truth no lies!" Highest rank: #297 in action ( 3-6-2018) #7 in Dimas Anggara ( 17-6-2018) #4 in Michelle Ziudith ( 30-7-2018) #1 in Dimas Anggara ( 4-8-2018) #3 in Mi...