Dia Kejam

21 3 0
                                    

"Pokoknya gue nggak mau tahu! Rencana ini harus berhasil! Apapun halangannya!"
"Tapi, bos. Apa bos yakin mau ngelakuin hal ini?"
"Why not?"
"Bos masih ingat 'kan, kalau Johnson itu..."
"Dia memang adik gue. Tapi, itu bukan jadi batasan. Siapapun atau apapun yang menghalangi gue untuk meraih keinginan gue, pasti akan hancur! Nggak perduli walaupun dia anggota keluarga atau orang yang paling gue cintai!"
"Dia, sekejam itu."

***

"Kak, kenapa loe berubah? Kapan kita bisa kayak dulu?" Ujar Johnson sambil mengusap foto berbingkai itu.
"Gue ingat betul, dulu kita saling menyayangi. Saling menjaga. Sebelum loe, memilih jalan itu."

Jhonson pun meletakkan kembali foto itu di nakasnya. Ia merebahkan dirinya ke atas tempat tidur. Ia menatap ke langit-langit kamarnya. Mengingat kembali semua kenangannya bersama orang yang paling ia cintai, kakaknya.

***

"Kak, kenapa foto kita tertempel di langit-langit?"
"Agar, kita bisa selalu mengingat bahwa kita pernah mencintai. Kamu akan selalu menjadi adikku. Adik kesayangan kakak. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi yang jelas, kakak akan selalu menjadi orang yang selalu sayang sama kamu dan kakak akan selalu menjaga kamu. Melindungi kamu. Dengan segenap kekuatan kakak."
"Thanks, kak."

***

"Kak, jangan. Jangan gunain barang-barang itu!"
"Tahu apa loe? Loe itu masih kecil, nggak usah sok nasehatin gue!"
"Tapi, kak..."
"Sudahlah! Sini uang jajan loe!" Ujarnya sambil mengambil paksa uang yang sedang dipegang oleh Johnson.

"Jangan, kak. Itu uangku!"
"Bodo amat! Loe mau cari mati sama gue? Hah!"
"Ng...ngak, kak..."

Kelvin pun meninggalkan Johnson yang sedang terisak itu, sambil berujar.

"Huh! Dasar cenggeng! Lemah!"

***

"Kita berpencar. Kita bagi team menjadi dua."
"Baiklah. Biar gue sama Chipper ke arah kiri dan loe ke arah kanan."
"Baik. Laksanakan!"
"Siap laksanakan, Cap!"

***

"Hentikan! Angkat tangan! Tempat ini sudah disergap! Jatuhkan senjata kalian!"

Semuanya menurut. Kecuali satu orang.

"Hei! Jatuhkan senjatamu!"

Diapun berbalik dan menusukkan sebuah pisau ke arah Johnson.

Jlebbb

Pisau itu berhasil menembus perutnya. Johnson terkejut. Orang yang selama ini ia cintai, orang yang mengatakan janji saling menjaga dan tak melukai. Kini, ia mengingkarinya.

Johnsonpun terjatuh. Darah dengan deras mengalir dari perutnya.

***

"Gue mau sekarang!"
"Tapi, bos. Rencana kita belum sempurna."
"I don't care! Dulu gue boleh gagal buat dia mati dan begitupun sekarang!"
"Kenapa 'sih, loe selalu berambisi membunuhnya? Dia itu orang yang sama, yang buat janji sama loe, dia akan selalu jagain loe. Seharusnya, loe jaga dia. Bukan kamu lukai. Ingat! Dia cuma satu-satunya keluarga yang loe punya!"

"Gue nggak pernah butuh dia! Gue mau supaya dia mati! Cuma itu satu-satunya cara, agar sakit hati ini hilang! Hanya dengan kematiannya!"

***

Bersambung



More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang