Retasan

45 5 0
                                    

"Kapten! Musuh mulai bergerak!"
"Gue akan terus mengikutinya. Loe awasi terus gerak-gerik anak buahnya."
"Baik."
"Chip, retas semua sistem keamanannya dan semua kamera dari markas!"

"Baik, kapten."

***

"Saya memanggilmu kesini untuk membicarakan sesuatu."
"Sesuatu? Maksud bapak?"
"Jadi, ini soal event kemarin."

"Aduh. Mampus gue. Turunin jabatan nggak yah? Atau jangan-jangan gue mau dipecat lagi. Gimana dong?" Tutur Jenzie dalam hati dengan panik.

"Jenzie?"
"Iya, pak? Saya minta maaf atas  kejadian kemarin. Saya janji, kejadian itu tidak akan terulang lagi. Tapi, jangan pecat saya ya, pak."

"Kejadian ini membuat saya kecewa dengan kinerja kamu. Tapi, tunggu kamu bilang saya mau pecat kamu?"
"I-iya, pak. Jangan ya, pak. Please." Ujar Jenzie dengan memohon.

"Siapa yang mau pecat kamu? Justru saya mau menanyakan apakah kamu terluka. Karena, kamu adalah orang terakhir yang di evakuasi."
"Syukurlah kalau begitu. Saya nggak apa-apa, pak. Tapi, peserta banyak yang menjadi korban."
"Lalu bagaimana dengan crew?"
"Crew tidak ada yang terluka, pak."
"Apa pihak keamanan datang?"
"Kalau itu saya nggak tahu, pak. Tapi, ada tiga orang. Dua laki-laki dan satu perempuan yang menyelamatkan para crew, termasuk saya. Mereka memakai pakaian biasa."
"Oh baiklah. Kalau begitu, silahkan kembali ke ruangan kamu dan selesaikan pekerjaan. Siapkan berkas-berkas untuk meeting sore ini."
"Baik, pak."

Jenzie pun meninggalkan ruangan bosnya.

"Mungkin tiga orang yang dimaksud Jenzie adalah petugas keamanan. Karena, ada korban tembakan. Mungkin mereka yang saya minta untuk menjaga keamanan."

***

Lampu tiba-tiba padam. Seisi ruangan gelap gulita.

"Ada apa ini?"
"Saya nggak tahu, bos."
"Shit! Cari tahu! Cepat!"
"Ba-baik."

"Sepertinya sistem kita sudah diretas, bos."
"Apa? Diretas? Kalian bilang tempat ini tidak ada kelemahan dan tidak bisa diretas. Kenapa sekarang bisa diretas?"
"Mungkin ada salah satu sistem yang memiliki kelemahan, bos."
"Saya nggak mau tahu, balikkan sistem seperti semula. Hancurkan retasannya."
"Baik, bos."

Dorr...dorr...dorr...

"Shit! Pasti polisi-polisi lemah itu!"

Kevin, cepat bawa bos keluar darisini! Jangan sampai terluka. Kalau terluka, loe orang yang gue cari pertama untuk gue habisi!"
"Iya. Tenang aja, Vinn."
"Baguslah."

***

"Apa kata si bos?"
"Gu-gue..."
"Jangan bilang loe dipecat lagi?"

Jenzie pun langsung terkikik.

"Ya nggak lah. Tenang aja. Sahabat loe ini masih kerja disini."
"Ya terus? Loe dimarahin sama si bos?"
"Si bos sih awalnya kecewa atas kejadian kemarin. Tapi, dia cuma nanya apakah gue dan para crew baik-baik saja."
"Terus?"
"Ya, gue bilang. Hanya peserta yang terluka. Crew nggak ada yang terluka."
"Oh."

***

"Angkat tangan! Merunduk! Tempat ini susah kami kepung! Jangan bergerak!" Ujar Hero dengan sedikit berteriak.

Mereka yang berada didalam ruangan itu ditangkap dan dibawa ke tahanan. Kecuali Kenzo, Vinn, dan Kevin yang berhasil meloloskan diri.

"Kenzo pasti sudah melarikan diri."
"Ayo, kita kejar."
"Kita nggak usah kejar mereka. Ini bukan saat yang tepat. Sekarang, kita kembali ke markas dan interogasi mereka."
"Baiklah kalau begitu, captain."

***

Bersambung

More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang