Tetap percaya

16 1 0
                                    

"Agen rahasia? Jangan ngawur!"
"Oh. Jadi loe belum tahu siapa cowo loe sebenarnya. Kasihan gue sama loe. Dibohongi sama pacar sendiri."

"Lepasin!"
"Gue nggak akan lepasin loe sebelum pacar loe datang kesini."
"Buat apa loe mancing Johnson kesini?"
"Untuk membunuhnya!"
"Loe boleh bunuh gue. Tapi tidak dengan dia!"

"Tenang aja. Loe pasti mati ditangan gue. Pertama, gue bunuh loe dan kedua gue bunuh Johnson. Kalian berdua akan sama-sama berakhir di tangan gue. So, siap-siap aja."

***

"Datang ke alamat yang gue kasih atau cewek loe nggak selamat."
"Shit!"
"Jangan bawa siapapun. Hanya loe sendiri atau loe akan menerima hal yang nggak pernah loe inginkan."
"Baiklah."

***

Johnson melempar handphonenya ke sembarang arah.

"Argh! Kenapa harus Jenzie?"
"Maksud loe apa, Cap?"
"Jenzie diculik sama Kenzo dan gue harus menyelamatkanya."

"Kita harus buat strateginya."
"Nggak usah, lebih baik kalian fokus pada misi kita yang tertunda. Biar gue yang pikirin cara untuk menyelamatkan Jenzie."

"Loe gila? Kita ini team! Disini bukan loe saja, bukan Chipper saja ataupun gue saja! Kita ini suatu kesatuan. Kira nggak boleh mencar-mencar kayak gini."

"Please, sekali ini saja. Kalian lakuin tugas yang harus dilakukan dan gue akan melakukan apa yang menjadi tugas gue. Jenzie itu pacar gue dan gue bertanggung jawab atas keselamatannya."
"Jadi, kita nggak berhak untuk menyelamatkannya?"

"Bukan begitu. Please, ini demi keselamatan kita semua. Okay?"
"Baiklah, kalau itu mau loe. Kita ngerti. Ayo, Ro. Kita siapkan strategi."
"Tapi, Chip..."

Chipper memberi kode pada Hero dan Heropun mengikuti Chipper untuk meninggalkan ruangan itu.

***

"Johnson nggak mungkin bohongin aku. Kalaupun benar, aku harus tetap memaafkan Johnson. Bagaimanapun, aku nggak boleh gampang percaya dengan orang itu. John, semoga kamu baik-baik saja."

***

Johnson menyiapkan senjatanya. Iapun memakai jaket anti pelurunya dan memasukkan beberapa senjata kedalam kantung yang berbeda.

"Zie, tunggu aku."

***

"Waktu sebentar lagi akan menunjukkan kematianmu, Johnson. Bersiaplah." Ujarnya sambil tersenyum sinis.

***

"Loe yakin akan melakukan hal ini, bos?"
"Kenapa tidak? Gue selalu yakin untuk menghabisi musuh-musuh gue."

"Tapi ini berbeda, bos. Kali ini anggota keluarga yang akan bos habisi. Terlebih, dia adik kandung bos sendiri."
"Gue nggak perduli! Siapapun dia harus tetap gue habisi. Loe nggak usah berbicara seperti itu lagi. Gue nggak mau dengar!"
"Baiklah, bos. Maaf."
"Sekali lagi loe bilang seperti itu, peluru ini akan menembus kepala loe!"

Orang itupun tertunduk.

***

Johnson melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia langsung menuju alamat keberadaan Jenzie.

Johnsonpun menatap sekelilingnya. Ia rasa, tempat itu benar. Iapun langsung memasuki gedung tua itu.

Brakk

Seseorang berhasil memukul tengkuk leher Johnson dengan sebatang kayu. Johnsonpun pingsan seketika. Orang itupun langsung membawanya ke suatu ruangan dan mengikatnya dengan erat pada sebuah kursi.

***


Bersambung


More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang