Never Let You Cry :)

15 0 0
                                    

"Gue harus cari cara untuk keluar dari sini. Gue harus bisa buktikan semua tuduhan itu salah."

***

"Hei. Kamu kapan bangun? Ini sudah terlalu lama. Aku rindu padamu. Apakah aku masih bisa melihat matamu terbuka, melihat senyummu, merasakan pelukmu lagi? Apakah masih ada kesempatan untuk itu? Aku cuma tak ingin, pertemuan saat itu yang penuh dengan benci menjadi pertemuan terakhir kita. Aku memang bodoh, aku mengedepankan ego daripada rasa cintaku padamu. Harusnya aku sadar, apa yang kamu lakukan untukku mempunyai suatu alasan. Mungkin, kalau aku menyadarinya. Semua takkan jadi seperti ini. Please, bangun. Buka mata kamu! Tunjukkin Johnson aku yang kuat! Aku mau liat itu. Bahkan kalau tak bisa, aku yang akan menukar nyawaku denganmu. Supaya kamu bisa menikmati indahnya dunia ini."

"Sebegitu besar cinta mereka yang sudah gue hancurkan hanya karena terhasut. Hanya karena kebodohan gue, gue nyaris bunuh adik kandung gue sendiri. Dia yang jelas-jelas keluarga satu-satunya yang gue punya. Kenapa sih? Loe harus bodoh, Zo? Kenapa loe lakuin itu? Dia adik loe! Why?" Ujar Kenzo sambil berderai air mata.

***

"Pokoknya gue nggak mau tahu, gue harus bisa bebas dari sini. Pembalasan dendam gue belum selesai."
"Okay, boss. Serahkan pada kita semua."
"Bagus. Sebentar lagi, loe akan benar-benar mati. Iya. Loe, Johnson. Kalau perlu bareng kakak yang paling loe sayang itu juga boleh."

***

"Jhon, sayang. Kapan kamu bangun? Ini sudah hampir enam bulan. Tapi, kamu masih saja setia pada mimpi indahmu. Apakah kamu benar-benar takkan kembali? Apakah harapanku selama ini, hanya akan menjadi anganku saja? Apakah aku akan gagal melihatmu tersenyum? Apakah kamu emang tak ingin memberiku kesempatan?" Ujarnya sambil mencium punggung tangan yang terbebas dari infus itu.

"Tentu saja, aku akan memberinya. Apa alasanku untuk menolaknya?"
"Jhon? Ka—kamu?"
"Iya, ini aku. Calon suami kamu." Ujarnya sambil tersenyum.

Jenzie langsung memeluknya.

"Aku rindu. Bahkan sangat. Aku senang kamu kembali. Itu artinya, aku berhasil buat kamu kembali dalam hidupmu. Itu artinya juga, cinta ini benar-benar kuat. Aku nggak mau kehilanganmu. Aku sayang sama kamu."
"Kalau begitu, tersenyumlah. Jangan pernah menangis. Apalagi hanya untukku. Karena aku, nggak pantas buat kamu sedih dan aku nggak pantas untuk kamu tangisi. Aku bukan seseorang yang berharga. Aku nggak berhak untuk buat kamu sedih. Itu bukan kewajibanku. Aku hanya orang biasa, yang kewajibannya hanya membuatmu bahagia dan takkan membiarkan siapapun membuatmu sedih. Aku nggak akan pernah biarin itu terjadi dan aku nggak akan pernah maafin siapapun nyakitin kamu. Apalagi itu aku. I'm promise."
"What do you mean?"
"Keep smiling. For the last time." Ujarnya sambil tersenyum.

***


Bersambung

More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang