Johnson menerjap-nerjapkan matanya. Ia ingin bergerak, namun tak bisa. Ia terikat pada suatu kursi.
"Shit! Lepasin gue!"
Johnson berusaha untuk melepaskan diri, namun ia tak bisa.
"Loe nggak akan pernah bisa lepas dari kursi itu. Loe nggak perlu habis-habisin tenaga loe buat itu. Karena, percuma. Loe bakal mati di kursi itu!"
"Lepasin gue! Apa mau loe?"
"Mau gue? Mau gue itu cuma satu. Gue pengen lihat loe menderita dengan melihat orang yang loe sayangi, mati dihadapan loe untuk yang kedua kali. Setelah itu, loe akan mengalami penyesalan dan gue tembak mati loe. Done. Itu yang gue mau."
"Apa maksud loe?"Kenzo memperlihatkan sebuah video yang memperlihatkan seorang wanita dengan penuh luka di wajahnya.
"Jenzie?"
Kenzo tertawa dengan keras.
"See? Sebentar lagi, perempuan itu akan mati di hadapan loe."
"Lakuin itu. Bunuh gue. Tapi, jangan bunuh Jenzie! Kalau perlu, loe tembak gue dua kali, sebagai ganti tembakan untuk Jenzie. Itu 'kan yang loe mau?"
"Nggak segampang itu. Gue mau lihat loe menderita dulu. Baru loe mati. Gue punya dua sandera dan dua peluru mematikan. Nggak asyik dong, kalau cuma loe yang gue bunuh. Karena, setiap sandera disini pasti akan mati. Loe tenang saja. Loe pasti akan mati."
***
"Lepasin gue! Please!" Ujarnya sambil terisak.
***
Hatinya begitu tersayat melihat video itu.
"Please, lepasin dia. Loe boleh siksa gue, loe boleh bunuh gue, tapi jangan loe sakitin dia!"
"Kalian pasti akan mati di tangan gue. Loe tenang aja. Tapi, sebelum kalian mati, gue mau lihat loe menderita dulu."
***
Jhonson mendapatkan pukulan bertubi-tubi. Ia ingin melawan, tapi percuma. Jika ia melawan, nyawa Jenzie jadi taruhannya. Ia lebih baik mati untuknya daripada dia harus mati untuk dirinya.
Kenzo terus saja memukulinya. Memar dan darah sudah nampak di seluruh bagian wajahnya.
"Pukulan ini adalah balasan untuk 10 tahun yang lalu, saat gue terima penyiksaan di penjara dingin itu!"
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Johnson hanya menatapnya. Kenzo terus saja melayangkan pukulannya bertubi-tubi.
Uhukk....
Johnson terus saja memuntahkan darah akibat pukulan Kenzo yang mengenai ulu hatinya.
"Bagus. Loe akan kehabisan darah dengan cara seperti ini. Gue akan buat hidup loe dan hidup orang yang loe cintai menderita."
"Loe cukup bunuh gue. Jangan bunuh mereka! Mereka nggak punya salah apa-apa! Kenapa, mereka yang harus jadi korban?"
"Karena dengan tersakitinya mereka, hidup loe akan tambah menderita!"
"Jadi, loe tega bunuh Kak Lexa, mama, dan papa? Apa loe tega, menghancurkan kasih sayang yang besar terhadap loe selama ini? Loe boleh bunuh gue. Loe boleh siksa gue sepuasnya. Tapi, biarkan mereka bebas. Karena, mereka berhak hidup."Kenzo melemah. Benar. Ia tak mungkin bisa membunuh mereka, orang yang jelas-jelas mencintainya.
***
"Pa, Kenzo kenapa belum pulang? Mama kangen. Johnson bilang, tiga bulan yang lalu Kenzo akan datang. Tapi, apa buktinya? Kenzo nggak sama sekali pulang."
"Kita harus kuat. Papa yakin, Kenzo pasti pulang. Johnson pasti berhasil membawa pulang kakaknya."
"Iya, ma. Just trust him."Mama hanya mengangguk.
***
Perih rasanya mengingat keadaan itu. Ia hancur saat melihat kondisi mereka seperti itu. Bagaimana bisa, dia membunuhnya?
Seketika, pertahanan itu hancur. Ketika ia mengingat bahwa, ia masih memiliki keluarga.
Ia benci terhadap kondisinya. Terlebih pada Johnson.
"Mereka boleh bebas, tapi tidak dengan loe! Loe harus mati di tangan gue!"
***
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/150178587-288-k818618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
More Important Than Anything ✅
Aksi"Kebenaran jauh lebih penting dari apapun. Termasuk cinta. Only truth no lies!" Highest rank: #297 in action ( 3-6-2018) #7 in Dimas Anggara ( 17-6-2018) #4 in Michelle Ziudith ( 30-7-2018) #1 in Dimas Anggara ( 4-8-2018) #3 in Mi...