"Lepasin gue!" Ujarnya sambil berteriak.
"Loe pasti lepas, cantik. Tapi, setelah menyaksikan kematian Johnson."
"Apa?"***
Johnson sudah tak berdaya. Memar terlihat dengan begitu jelas di wajahnya. Ia nampak pasrah dengan pukulan yang tiada henti ia terima.
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Suara tertawa terdengar begitu jelas di ruangan itu.
"Akhirnya, kita bisa membalas kematian rekan-rekan kita yang sudah loe bunuh!"
Johnson hanya terdiam. Ia hanya menikmati waktu yang sangat menyakitkan ini. Ia hanya tak ingin, jika ia melawan, Jenzie akan terluka. Atau siapapun yang ia cintai terluka.
***
"Apa mau loe sebenarnya? Salah gue apa? Loe siapa?"
"Kemauan gue cukup sederhana. Gue hanya ingin, melihat Johnson mati. Karena, gue rugi besar karenanya!""Apa uang lebih berharga dari nyawa adik loe sendiri?"
"Keluarga lebih penting dari apapun. Tapi, dia tak termasuk. Adik gue udah mati 10 tahun yang lalu. Dia bukan adik gue. Dia adalah orang yang menyebabkan gue seperti ini.""Kenapa loe ingin dia mati, kalau pada akhirnya loe akan menyesal karena kematiannya?"
"Menyesal? Gue nggak pernah menyesal dengan apa yang gue lakukan!"***
Darah tak henti mengalir dari hidung dan mulutnya. Memar sudah memenuhi seluruh wajahnya.
Ia hanya bisa terdiam, saat penyiksaan itu kembali ia dapatkan. Ia hanya bisa pasrah. Ia tak peduli, jika harus mati dengan kondisi sperti ini.
"Johnson! Cukup! Jangan lanjutin lagi! Jangan sakitin dia. Please."
"Nggak bisa semudah itu, cantik. Dia harus tetap mati. Agar kamu, bisa jadi milikku." Ujarnya dengan sinis.
"Lepasin! Lepasin gue! Gue nggak sudi jadi pacar loe!"
Orang itu langsung menatap Jenzie dengan tajam. Ia menamparnya.
Plakk
"Jangan kurang ajar! Gue bisa lakuin apapun terhadap loe. Termasuk, merenggut masa depan loe! Ingat, loe itu cuma perempuan lemah! Nggak ada apa-apanya. Loe sama kayak perempuan di pinggir jalan. "
Jenzie hanya bisa menahan amarahnya.
"Kenapa? Nggak bisa ngelawan? Mau nampar? Nih tampar!"
Tiba-tiba...
Bughh...
"B--boss"
"Loe ngapain disini? Ini bukan tempat loe berjaga! Jangan lancang sama dia! Kalau dia sampai kenapa-napa, loe akan gue buat mati!"
"I--iya, boss. Maaf."
"Kembali ke tempat loe berjaga!"
Orang itu langsung berlari meninggalkan ruangan itu. Kenzo hanya menatap Alexandra sekilas dan bergegas untuk pergi.
"Makasih."
Kenzo berbalik.
"Makasih, karena udah nyelamatin gue dari dia. Loe memang orang baik." Ujarnya sambil tersenyum.
"Gue cuma nggak suka aja, cowok ngerendahin cewek. Jadi, loe nggak usah berterima kasih sama gue." Ucapnya dingin.
***
"Kita berpencar. Tetap aktifkan alat komunikasi kita. Kita akan bertemu kembali di tempat ini. Setelah kita berhasil menyelamatkan sandera dan menangkap para pelakunya."
"Baik. Tapi ingat, kita harus menyelamatkan captain terlebih dahulu."
"Itu tujuan kita. Langsung bergerak. Kita berpencar. Aku akan ke arah kanan dan kamu tahu pasti kemana arahmu, Chip."
"Tentu saja."
Merekapun langsung berpencar.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
More Important Than Anything ✅
Action"Kebenaran jauh lebih penting dari apapun. Termasuk cinta. Only truth no lies!" Highest rank: #297 in action ( 3-6-2018) #7 in Dimas Anggara ( 17-6-2018) #4 in Michelle Ziudith ( 30-7-2018) #1 in Dimas Anggara ( 4-8-2018) #3 in Mi...