38-can I do it?

1.2K 147 15
                                    

~voment juseyo😊

Yuju POV

Cukup dengan tidur 2 jam tenagaku dapat terisi kembali.

Sesuai kesepakatan kemarin, aku harus segera menuju ke sekolah.

Sepertinya aku terlalu lama memilih baju hingga tak sadar jika sudah 5 menit lewat dari jam yang kami tentukan kemarin.

Aku berlari secepat mungkin menuju halte, dan beruntungnya aku sampai bertepatan dengan tibanya bus.

Aku berusaha mengatur napasku setelah menempatkan diriku di salah satu kursi penumpang.

Napasku berangsur-angsur menjadi teratur, tapi entah kenapa detak jantungku tetap berdegup cepat.

Sikapnya yang sangat manis tentu saja banyak yeoja yang terpikat olehnya.

Entah kenapa kejadian kemarin malam terus terputar dalam memori otakku.

《Flashback》

Aku tak bisa menolak permintaannya karna memang kondisi minimarket sedang sepi, tak ada salahnya juga aku menemaninya makan, hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih karena dia telah menolongku.

Dia tersenyum menampakkan eye smile khasnya ketika aku datang membawakan ramyun yang sudah siap disantap untuknya.

Aku tertawa pelan melihatnya mengaduk-aduk sekaligus meniup ramyunnya yang masih panas seakan tak sabar untuk melahapnya, beda halnya ramyun dalam cup mangkuk ku yang sama sekali belum kusentuh.

“apa ada yang lucu dariku?”

Aduh aku ketauan kan memperhatikannya, untung saja aku reflek menggelengkan kepalaku dengan cepat.

Tiba-tiba saja dia menukar mangkuk ramyun kami

“mungkin sudah tidak terlalu panas, makanlah”

Seketika aku merasa tersanjung dengan perlakuannya itu padaku.

Aku mulai memakan ramyunnya sebagai tanda aku mengapresiasi sikapnya.

“aku sangat kagum melihat semangat dan kegigihanmu dalam bekerja, aku juga kagum melihatmu yang masih bisa tersenyum bahkan terlihat seperti sangat menikmati setiap detik yang kamu habiskan saat bekerja, aku pun juga tak ingin melarangmu untuk berhenti bekerja, tapi aku kurang suka melihatmu harus berada dalam situasi bahaya karena pekerjaanmu pula”

Dari kalimatnya sih dia tak seperti orang-orang biasanya yang selalu memandangku sebagai anak malang yang perlu dikasihani.

Dan setelah ku telusuri cara memandangnya padaku, tak kutemukan sorotan mata belas kasihan, justru sebuah sorot mata kekhawatiranlah yang jelas terbaca.

“sebuah keputusan yang kita ambil itu pasti memiliki konsekuensi, begitu pula dalam bekerja, jadi tugasku adalah bagaimana aku bisa menyelesaikan permasalahan yang timbul dari konsekuensi itu, makanya aku harus berusaha mengantisipasi supaya permasalahan itu tidak timbul"

aku mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan kalimatku

"didalam tasku sudah tersedia gunting,cutter, penggaris besi, serta teriakkan ku pun juga nyaring”

Penjelasanku panjang lebar tetap membuat sorot kekhawatiran itu tak hilang, bahkan kini aku harus terkejut kembali melihat perlakuannya padaku.

“kadang situasi yang tak terduga itu bisa saja datang kapan saja, jadi kumohon mulai sekarang ijinkan aku melindungimu, ijinkan aku selalu disampingmu”

Manis, tak hanya perlakuannya tapi juga ucapannya.

Aku sadar aku tak bisa terus dalam situasi ini, aku tak mau melibatkan perasaanku saat ini karna kewajiban utamaku untuk menghidupi keluargaku sudah berat, aku tak mau jika aku melalaikan kewajibanku hanya karna perasaan yang bisa saja berubah sewaktu-waktu.

Expectation VS Reality ✔(BTS X GFRIEND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang