Tigabelas.

1.9K 51 0
                                    

Happy Reading ~

"Jujur Max,mansion mu sangat indah." Anggel mengakuinya,Maxime tersenyum ramah.

"Kau suka?."

"Ya,aku sangat suka dengan desainya." tanpa Maxime ketahui Anggel sebenernya mati matian untuk terlihat normal,sungguh berdekatan dengan Maxime bukan lah sesuatu yang baik.

"Ya aku juga suka,tapi sebenernya ini mansion pilihan Charles." Maxime agak kesal mengakuinya,pasalnya dia hanya tidak terima kalau sampai Anggel memuji sahabatnya itu.

"Seleran Charles sangat bagus ternyata." benarkan?.

Maxime tertawa sedikit. "Ya dia memang berjiwa seni."

Anggel menatap tertarik koridor yang mereka lalui."Max apa kau tinggal sendiri?. "

"Tidak,aku bersama beberapa wanita." Anggel terkejut,ia menoleh cepat dan sungguh sial,wajah Maxime begitu dekat dengan wajahnya.

Senyum yang sejak tadi menghias bibirnya seolah lenyap,hanya ada raut datar di wajah tampanya sekarang,jujur Anggel mulai sedikit khawatir.

"Wanita?,para model mu?." Anggel setengah mati berusaha tenang,namun gelengan dari Maxime membuat kekhawatiran nya bertambah.

Segera Anggel menjauhkan tubuhnya dari Maxime, mendorong Maxime menjauh,wajah Maxime tetap datar,bukanya melepas rangkulanya ia malah makin merapatkanya.

Jelas saja tenaga mereka berbeda.Maxime mendorong tubuh Anggel ke dinding lalu merapatkan tubuh mereka, Maxime menatap tajam gadis yang mulai ketakutan di hadapanya.

"Bukan,mereka berkerja di sini." jawab Maxime ambigu.

"Be-ker-ja?." suara Anggel jelas mengandung ketakutan.

"Sebagai slave ku,atau budak seks untuk ku." sukses jawaban dari Maxime mebuat Anggel lemas,mau tak mau bayangan mengerikan mulai menghantui kepalanya.

Anggel menggeleng tidak percaya,ia ketakutan sekarang, bahkan Maxime menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Anggel seketika aroma Lavender memenuhi ronga pernapasan Maxime,sungguh aroma Anggel adalah yang terbaik sejauh ini,dan Maxime suka itu.

Tanpa sadar air mata menetes dari hazel milik Anggel, ya tuhan! Seharusnya ia tidak mudah percaya dengan seorang yang baru ia kenal,seharusnya ia menderima tawaran Joshua tadi,tapi terlambat sekarang ia sudah terjebak di dalam mansion lelaki ini.ia sungguh takut sekarang,apa yang harus ia lakukan?.

"An kau menangis?,why?."  masih bertanya juga,dasar laki laki sialan!.,Anggel sudah pasrah sekarang,suaranya bahkan seolah lenyap bersama keberanian nya,aura Maxime sungguh berbeda, dan Anggel takut dengan Maxime yang sekarang.

-
-
-
-
-
-
-
-

Next?.








Dan Maxime terbahak cukup kencang sampai sampai memegangi perutnya geli.

"An astaga aku hanya bercanda,tapi kau percaya?." Maxime geleng geleng tak percaya,setelah nya ia mulai melangkah.

Apa?,bercanda?,jadi Maxime hanya mengerjainya?,sialan baru datang saja ia sudah sukses di kerjai dua kali.tapi Maxime memang aktor yang hebat,jujur Anggel sudah percaya tadi.

"Itu tidak lucu Maxime!." ucap Anggel kesal setelah menyamai langkah mereka, ia bahkan memukuli bahu Maxime sekuat tenaga.

"Hentikan An,lagian mengapa kau mudah sekali percaya si?." Maxime mencoba menghalau pukulan dari Anggel, dan sekarang kedua tangan Anggel sudah berhasil ia genggam.

Anggel memberengut tidak suka,ia coba melepaskan tanganya yang berada dalam genggaman Maxime, sejujurnya ini nyaman.Tidak!,ini tidak boleh. "Lepas!." dan Maxime menurut, sejujurnya Anggel sedikit merasa kehilangan?,oh shit!.

Dan Maxime kembali merangkul hangat pundaknya."sorry,pasti karena aku aktor yang hebat,makanya kau percaya." banga Maxime sombong.

Anggel medelik kesal."percaya diri sekali kau tuan."cibir Anggel sebal.Maxime kembali tertawa,ia menyentil kening Anggel cukup keras.

Pletak. Anggel mengaduh,menatap tak percaya ke arah lelaki di samping nya."Maxime ini sakit!. "

"Habis kau sangat menggemaskan si?." Maxime tersenyum lebar hingga menampakan deretan giginya yang rapih.

Anggel sampai terkesima,tampanya Maxime itu sejujurnya serakah,sudah tampan manis pula.

"Oh iya An,Joshua tau kau kemari?." tanya Maxime.

"Tidak,tapi nanti aku akan minta jemput saat pulang." sahut Anggel ringan,bahkan rangkulan Maxime seolah menghalau dingin malam ini.Hangat

Maxime menoleh tertarik. "Oh iya An,kau ini sejak dulu memang ingin jadi pengacara ya?."

Anggel mengangguk, "itu impian ku sejak saat itu."

"Saat itu?." bingung Maxime.

Tatapan Anggel terlihat kosong,sesaat."sejak ayahku dibunuh."dan Anggel memejamkan matanya perlahan.ini sungguh sesak!.

Maxime sedikit terkejut, "maaf An,aku tidak tau." sesal Maxime.

Membuka kedua matanya kembali,Anggel menatap lembut Maxime. "Iam okay,lagipula aku beruntung masih memiliki seorang ibu yang hebat."

Maxime tersenyum lembut. "Benar, tapi saat itu mengapa kau tidak menuntut atas kematian ayahmu?."Maxime sedikit bingung.

" karena ayahku juga membunuh saat itu,dan akhirnya pihak pengadilan menyatakan kedua pihak bersalah,jadi tuntutan ku ditolak."

"Membunuh?."

"Ralat,Ayahku hanya melindungi diri dari pembunuh brengsek itu."

Maxime mengangguk angguk."begitu ya."

"Ya,sejak saat itulah aku ingin menegakan keadilan dengan menjadi seorang pengacara, dan kalau keluarga mu?."

Maxime menegang mendengar pertanyaan dari Anggel, namun hanya sebentar. "Mereka sudah pergi."

"Pergi?,kema--"

"Kita sampai,hi Harry! Kenalkan ini Anggel dan Anggel ini Harry teman ku sekaligus orang yang betugas mengurus bagian kemanan mansion ini,salah satu nya melewati cctv." jelas Maxime memperkenalkan keduanya.

"Harry Dal's"

"Anggelica Florence."

----

Next ya,udah kepanjangan abisnya wkwk.btw ada yang percaya kalau Max itu vampire?.

Vote ya awas kalo nggak!.

Bye next chapter ~

The Lawyer Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang