Duapuluh 9

1.2K 40 0
                                        

Sebelumnya aku mau bener" minta maaf karna ngilang lamaa banget,tapi beneran aku sempet ilang feel dan un mood buat nulis,bahkan baca pun aku juga sempet fakum lama.

Tapi...

Setelah liat walaupun aku lama banget nggak up,vote serta pembaca di cerita ini terus naik,entah kenapa aku mulai semangat lagi buat nulis jadi mulai sekarang aku bakal coba lebih rajin lagi dan segera namatin cerita ini:) .

Kalian juga pasti gasuka ku gantung terus kan hehehe😁

Happy reading~

Keesokan harinya.

Sepasang sepatu yang terpasang cantik di sepasang kaki yang tak kalah cantik melangkah beriringan melewati koridor  bernuansa putih.

Langkahnya menghentak gema di sepanjang lorong yang ia lewati. Satu ruangan yang ia tuju dan sekarang ia sudah sampai. Ruangan Maxime

Ya Ruangan Maxime,Anggel gadis tadi sudah memutuskan untuk menjalankan tekad yang sudah ia rencanakan kemarin. Rencana awal untuk ia menjauhi Maxime Ia akan berhenti menjadi pengacarnya.

Tanganya terangkat hendak mengetuk pintu di hadapanya namun... Keraguan kembali menyelimuti apakah keputusanya sudah benar?.

Hening...

"Ini senua demi Joshua. ya!."

Tok tok tok!

Tidak ada sahutan dari dalam,berinisiatif Anggel mulai mendorong pintu perlahan

Ceklek!

Terbuka, dan sepi. Tidak ada siapapun. Kemana Maxime? Tadi sekertaris nya bilang Maxime ada di ruanganya.

Mungkin keluar. Pikir Anggel. Matanya melirik sebuah sofa panjang yang tampak nyaman,Anggel pun memutuskan untuk duduk di sana sembari menunggu Maxime kembali.

Matanya mengedar ke sekeliling,ruangan yang tanpak nyaman dan luas dengan nuansa putih juga coklat.

Tapi tidak ada foto. Aneh,bukanya biasanya seseorang akan meletakan foto walaupun hanya satu? Kekasihnya,Joshua bahkan terlalu banyak memajang foto dirinya juga keluarganya Tapi di sini hanya ada beberapa lukisan yang tergantung cantik.

Mungkin selera,batin Anggel.

Karena lumayan lama Maxime juga tak kunjung datang tanpa sadar kakinya mulai melangkah mengelilingi ruang kerja Maxime, dan Anggel menghentikan kegiatan berkelilingnya di depan meja kerja milik Maxime dan seketika sebuah Map berwarna hitam entah mengapa menarik perhatianya. Map itu terlihat misterius.

Menoleh ke arah pintu belum ada tanda tanda Maxime akan datang.

Akan sangat lancang bukan jika ia membukanya?. Tapi... Anggel penasaran dan akhirnya tanganya pun meraih map itu perlahan.

Anggel menjilat bibir saking gugupnya bahkan jantungnya berdebar astaga! Rasanya Anggel ingin menangis sekarang hanya karna sebuah map.

Akhirnya terbuka,lembar pertama mengapa?,ada nama dirinya?.

Lembar kedua,dan seterusnya semakin Anggel membukanya semakin pula amarahnya meluap.

Brengsek!

Jadi selama ini ia ditipu!

Ceklek!.

"Oh Anggel! jadi kau masih di sini." sapaan itu,suara itu sungguh benar benar membuat Anggel muak. "Kau kenapa?."

Anggel tidak menjawab,langkahnya tegas dan saat sudah tepat di depan Maxime ia langsung melempar map yang sejak tadi ia pegang ke arah wajah tampan di depanya.

"Brengsek! Mulai hari ini aku berhenti!" Anggel langsung melangkah pergi namun "tidak semudah itu baby!."

Lenganya di tahan,Maxime menggulurkan map lain ke arah Anggel. Anggel menatapnya tidak mengerti namun ia tetap mengambil map itu.

Dan saat ia membaca isi di dalamnya.

Plakl!

"Aku tidak akan sudi bajingan!."

Apa apaan ini?,mengapa takdirnya jadi begini?...

••••

Makasih buat semua reader yang udah baca sampai sejauh ini:) dan mulai sekarang mungkin aku bakal lebih tau diri lagi.

Dadah...  Votenya makin dikencengin dong ya!😁😋

The Lawyer Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang