3. Perasaan

35.7K 1.8K 18
                                    

Happy reading!

***

Diandra.

Diandra.

Diandra.

Berulang kali Alex melafalkan nama itu. Sudah seminggu semenjak penolakan kejam Diandra sepulang sekolah itu. Yang sekarang Alex rasakan bukan lagi getaran gundah karena pesona Diandra yang masih begitu wah di matanya. Hatinya bergetar marah karena pemilik pesona itu telah menolaknya tanpa berpikir sedetikpun untuk menimang keputusannya.

Belum lagi mengenai fakta bahwa Diandra mengetahui tentang taruhan tiket konser itu. Alex langsung naik pitam begitu mengetahui Keylan berdiri di belakangnya saat kejadian. Dia kira Keylan membongkar tentang taruhan itu Sabtu lalu. Tapi Keylan bersikukuh mengatakan bahwa dia tidak mengatakan apapun pada Diandra, dia tidak mungkin akan berani. Dan Alex sangat yakin yang mengetahui taruhan itu hanya mereka berdua.

"Lo mikir apan sih?" tanya Devi sembari bergelanjut manja di lengannya.

Ya, dua hari setelah penolakan Diandra, Alex telah resmi menjalin kasih dengan Devina, siswi kelas 10 yang menjadi trending topic di sekolah karena kecantikannya. Tidak ada masa pendekatan. Mereka menjalani semuanya tanpa pemikiran matang dan membiarkan apapun terjadi begitu saja.

Alex hanya tersenyum kikuk, mengacak rambut Devi. Berusaha menyembunyikan apa yang selama ini selalu mengganggu pikirannya.

"Ekhem!" Keylan berdeham keras, untuk memberi tahu Alex bahwa saat ini, di tengah-tengah mereka, ada dirinya. "Kalo lo mau pacaran, pulang sekolah aja, Lex. Mau makan aja pake pamer kemesraan!"

"Sirik mulu lo! Makanya, cari cewek! Biar nggak usah gangguin gue sama Devi," Alex melempar kerupuk yang tadi ia gigit.

"Apaan sih lo?!" Keylan balik melemparkan kerupuk itu. Hampir saja lemparan Keylan itu mengenai wajah Devi, cepat-cepat Alex menangkisnya.

"Gue serius kali, Key. Jadi orang jangan terlalu lurus. Kalo lo mati besok gimana?"

"Lo duluan aja, gue nyusulin lo entar," jawab Keylan terkikik sendiri.

Setelah itu, hanya sunyi yang ada di meja mereka. Keylan kembali menyantap makanannya dengan penuh khidmat. Sedangkan Alex masih meneruskan acara curi pandangnya terhadap Diandra.

Sebenarnya, ia masih teringat dengan perkataan Diandra yang menyebutkan bahwa dia adalah pria rendahan hanya karena ia sering memainkan perasaan wanita. Tapi semakin ia berusaha mensugesti dirinya untuk membenci Diandra, adrenalin untuk menaklukan wanita itu justru semakin bertambah. Dan sekali lagi, ia bingung harus memulainya dari mana, ini pertama kalinya ia begitu berkeinginan untuk mengejar seorang wanita.

"Gue ke kelas duluan, ya. Belum ngerjain tugas sejarah," Devina melepaskan rengkuhannya dan segera berdiri.

"Iya," Alex berusaha menarik sudut bibirnya.

"Nanti kita pulang bareng 'kan?"

Alex hanya memandang Devi kosong. Dia ada janji dengan Baron, temannya di sekolah dulu, untuk bertemu di tempat biasa mereka nongkrong.

"Lex?" panggil Devi.

"Lo naik taksi aja bisa, 'kan? Gue ada janji sama temen gue."

"Nganterin gue pulang doang masa gak bisa?"

"Gue bilang gue ada janji sama temen gue, Vi."

Devi melipat kedua tangannya. Dia adalah wanita manja dan angkuh, dan itulah yang membuat Alex menerima pernyataan cinta wanita itu. Dan sekarang, dia sedang marah karena pacarnya tidak ingin mengantarnya pulang.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang