Happy reading!
***
Masih tersisa lima hari lagi untuk masuk sekolah. Dan Alex tidak mau menghabiskan masa liburnya hanya dengan bersenang-senang dengan Baron. Membosankan!
Sebenarnya bisa saja ia menerima saran Bu Santi untuk liburan di rumah neneknya di Bandung. Tapi ia tidak punya teman. Dia juga tidak bisa menjadi diri sendiri jika sudah ada di rumah neneknya. Alex harus menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal menjengkelkan yang bisa membuat neneknya berteriak.
Seperti tadi pagi saja, belum ayam berkokok, Bu Santi harus berteriak karena ulahnya. Bagaimana tidak, dia bergadang dengan Raka dan mainkan banyak games semalaman. Tapi, sampah dan beberapa barang tidak mereka simpan pada tempat semula. Hasilnya, Bu Santi dan Pak Dedi memberi wejangan hangat untuk menyambut hari.
Biang kerok sepertinya sudah mendarah daging dalam diri Alex. Selang satu jam setelah acara ceramah, Alex berpamitan untuk jalan-jalan bersama Diandra. Sekarang, mereka tengah duduk berdua di salah satu kedai ice cream terkenal ibu kota.
"Liburan bareng yuk, Di. Kemana kek gitu," Alex mengigit cone ice creamnya.
"Kemana?" Diandra mengaduk gelato chamomilenya. Dia berpikir, gelato ini akan masuk dalam list makanan kesukaannya setelah ini.
"Kepulauan Seribu?"
"Ogah! Pasti rame banget kalo waktu liburan kayak gini tuh," Diandra menggeleng.
"Ngapain nanya kemana kalo jawaban lo kayak gitu!" sungut Alex sambil terus menjilati ice creamnya yang mulai mencair.
Awalnya Alex mengira Diandra akan memesan ice cream vanilla seperti biasanya. Tapi ternyata dia salah. Diandra penasaran dengan gelato chamomile setelah sang pelayan kedai menyebutkan bahwa itu adalah menu andalan mereka. Dan lihatlah, Diandra sedang menyantap gelato mangkuk keduanya.
"Kalo libur kayak sekarang tempat wisata pasti penuh lah!" timpal Alex karena merasa dongkol.
"Gue males kalo liburan ke tempat rame, Ndro," Diandra hanya menjawab asal. Gelato di hadapannya terlalu berharga untuk diacuhkan. Lebih baik Alex saja yang ia nomor duakan.
Alex tersenyum miring. Jika Diandra tidak mau diajak ke tempat yang ramai, itu berarti Diandra menginginkan privasi untuk menghabiskan waktu bersamanya, bukan? Alex tahu pemecahan untuk masalah ini.
"Kalo ke nenek gue yang di Bandung, lo mau nggak?"
Barulah Diandra mengalihkan pandangannya dari gelato. Dia tidak pernah ke Bandung selama hidupnya. Dan Diandra sangat ingin untuk pergi ke Bandung. Terutama kawasan Lembang yang terkenal dengan udara sejuknya.
"Bandung daerah mananya?"
"Lembang."
Sempurna, bukan?
"Sama siapa aja?"
"Berdua."
Ini tidak bagus. Meski Diandra bisa jamin Alex tidak akan berani macam-macam padanya, bukan berarti dia tidak harus waspada. Gaya pacaran anak jaman sekarang memprihatinkan. Dan Diandra tidak mau masuk dalam golongan remaja itu.
"Dari sini berdua tuh. Kalo di sana ya ada nenek gue lah," ucap Alex. Dia mengerti kegusaran yang terlihat di mata Diandra.
"Deal!"
Dengan cepat Alex berdiri dari kursinya. Pergerakan itu menghasilkan decitan keras dan membuat beberapa orang melirik ke arah mereka. Tapi sayangnya, mereka bukanlah pasangan pada umumnya yang akan merasa malu saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]
JugendliteraturDiandra Putri, wanita dingin dengan pahatan sempurna di wajahnya. Dia tidak akan segan untuk melayangkan tinjuan pada siapa saja yang mengganggu ketenangannya. Banyak yang menyatakan cinta pada Diandra, tapi selalu berujung dengan penolakan disertai...