Happy reading!
***
Meskipun tidak mengatakan apapun, tetapi Diandra merasa risih dengan pikiran yang terus berputar di kepala Andrian sedari tadi. Pria itu terus saja mengatakan bahwa Diandra terlihat lebih cantik hari ini di otaknya. Diandra berusaha keras mengalihkan perhatiannya dengan membaca buku. Sayang sekali earphonenya harus rusak terinjak dua hari yang lalu.
Saat ini Diandra sedang menghabiskan waktu di sebuah kafe sepulang sekolah bersama ketiga sahabatnya. Seharian ini Diandra merasa sangat bosan tanpa earphone. Dia lebih jelas bisa membaca pikiran orang-orang di sekitarnya. Dan itulah alasan sebenarnya Diandra selalu tidak lepas dari musik. Untuk terhindar dari rasa risih karena kelebihannya sendiri.
"Kita belum pernah ngadain foto bareng gitu lho, guys," ucap Carris memecahkan keheningan. "Squad yang lain tuh hobby banget 'kan bikin foto keluarga gitu."
"Bener tuh! Kita ngadain foto bareng yuk!" Bella menyetujui ide Carris.
Diandra hanya sebentar melirik sahabat-sahabatnya yang kini tersenyum puas setelah menerima anggukan Andrian. Kemudian matanya kembali kepada buku astronomi yang dari tadi ada di tangannya. Diandra tidak terlalu suka dengan acara seperti itu. Tapi dia juga mana mungkin bisa menolak jika sudah kalah suara.
"Dress code?" Carris mencocolkan kentang gorengnya ke saus tomat, lalu melahapnya.
"Gimana kalo ala-ala tahun 70an?" Bella mengeluarkan pendapatnya.
"Gimana kalo serba putih?" Andrian tidak mau kalah.
"Gimana kalo pake baju profesi yang dicita-citakan?"
Secara bersamaan Andrian dan Bella mengambil beberapa potong kentang goreng dan melemparkannya ke kepala Carris. Seperti biasa, laki-laki itu tidak pernah berpikir sebelum mengeluarkan pendapatnya. Mereka sudah 18 tahun, bukan anak TK, mana ada foto persahabatan menggunakan baju profesi?!
Kerusuhan di meja mereka tiba-tiba terhenti saat dua orang siswa dengan seragam yang berbeda datang. Semua mata tertuju pada dua siswa cantik itu, kecuali Diandra yang masih setia dengan bukunya. Dia tersenyum tipis saat bisa membaca pikiran dua wanita itu.
"Hi, kak," sapa salah satu dari dua siswi itu, siswi paling cantik.
"Iya?" jawab Andrian setengah bingung.
Bella memutar matanya, dia sudah tahu apa maksud kedatangan dua siswi itu. Lain halnya dengan Carris batuk dibuat-buat, berusaha menarik perhatian dua siswi itu. Sedangkan Diandra masih bisa membaca pikiran mereka, lebih milih diam dan melihat apa yang terjadi selanjutnya.
"I... Ini untuk kakak," kini yang satunya lagi ikut angkat bicara. Kemudian adegan saling sikut menyikut diantara keduanya terjadi. Cekikikan malu-malu juga terdengar jelas.
Menerima pemberian dari para wanita yang mengaku fans sudahlah sesuatu yang biasa untuk Andrian. Dan dia selalu menerima semua pemberian itu. Jika berupa makanan, semua pemberian itu selalu berakhir di perut teman-temannya.
Carris berdeham semakin keras, memberi kode pada Andrian supaya menerima kotak cokelat itu. Diandra tahu, Carris bersikap seperti itu karena dia sudah melihat mata Diandra sedikit bergerak mengintip kotak cokelat yang masih melayang di udara.
"Oh, thanks ya," Andrian menerima kotak cokelat itu dengan senyum tipisnya.
"Boleh minta fotonya, kak?"
Andrian segera meletakkan kotak cokelatnya di atas meja. Kemudian berdiri, di tengah kedua wanita itu.
"Kak, boleh fotoin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]
Teen FictionDiandra Putri, wanita dingin dengan pahatan sempurna di wajahnya. Dia tidak akan segan untuk melayangkan tinjuan pada siapa saja yang mengganggu ketenangannya. Banyak yang menyatakan cinta pada Diandra, tapi selalu berujung dengan penolakan disertai...