17. Lenticular Clouds

19.1K 1K 6
                                    

Happy reading!

***

Pernah dengar pernyataan bahwa masa paling indah adalah masa SMA?

Omelan guru yang selalu memenuhi gendang telinga ketika murid melakukan kesalahan. Bukan apa-apa, guru SMA hanya menjalankan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa pada masa-masa labil mereka.

Kisah persahabatan yang awalnya hanya sekumpulan orang tidak kenal yang cupu dan juga malu-malu. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka justru paling pintar untuk gila-gilaan dan tidak mengenal malu.

Belum lagi tentang secret admirer yang sering modus lewat kelas atau menggunakan lapang hanya untuk melihat pujaannya. Dan sebagian dari mereka beruntung karena ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Tanpa Diandra sadari, Diandra mengalami ketiganya. Omelan Pak Sony dan Pak Agam, kegilaan sahabatnya, dan kisah aneh dengan makhluk absurd teralay yang pernah Diandra temui. Entahlah, disebut suka atau bukan, tapi Diandra mulai terbiasa dengan adanya Alex di sekitarnya. Meskipun terkadang menjengkelkan, tapi justru hal itulah yang membuat hari Diandra sedikit punya rasa karenanya.

"Dra, gue punya tugas!" seru Carris yang tiba-tiba sudah duduk di depan kelas Diandra, ikut bergabung dengan dua wanita yang sedari tadi bercengkrama.

"Terus?" tanya Bella dengan nada sinis.

"Bantuin ya, Dra," Carris menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Lo nggak tahu malu banget deh. Beda jurusan juga," timbal Bella.

Carris tak peduli tentang beda jurusan. Dia sedang mengalami kecanduan nilai bagus saat ini. Makalah terakhir yang dibantu oleh Diandra berhasil mendapatkan nilai tertinggi di jurusan IPS. Memang dia yang mengerjakannya, tapi Diandra lah yang menyusun kerangka dan mengarahkan materi yang harus ditambahkan oleh Carris.

"Ogah!" Diandra melempar kacang ke kepala Carris.

Kemudian Carris memutar badannya, mencari seseorang yang sekiranya akan berdiri menghadap bendera dengan posisi hormat. Tapi nihil, tidak ada orang yang biasa dihukum Pak Sony itu. Yang ada hanya segerombolan anak yang memainkan bola di tengah lapangan.

"Dra, Si Biang Kerok nggak kepergok ngerokok lagi?"

"Lo nggak tahu?" malah Bella yang menjawab pertanyaan Carris. "Tuh cowok udah berhenti ngerokok buat Diandra."

"Oh, pindah ke narko-"

"Gue 'kan udah bilang, hargai dia sebagai pacar gue," potong Diandra dengan cepat.

"Lagian ya, Ris, dia tuh cuma jadi saksi pas digerek ke polsek tuh! Lo negative thinking mulu deh!" tambah Bella semakin memojokkan Carris.

"Tapi 'kan rokok tuh gerbang narkoba, Dra. Gue gak mau dia-"

"Lo nggak perlu khawatirin gue, gue bisa jaga diri. Yang perlu lo pikirin tuh makalah sosiologi lo! Gue nggak mau bantu!" Diandra terkekeh sendiri sambil berlenggang meninggalkan Bella dan Carris yang terjebak dalam kebingungan.

Sambil terus menatap punggung Diandra yang kian menjauh, Carris terus menggoyangkan lengan Bella.

"Ris?" Bella melongo mengikuti arah pandang Carris.

"La, lo denger gue nyebutin tugas apaan nggak?"

"Kagak!"

"Diandra cenayang ya?"

"Bisa jadi!"

"Kita untung atau buntung?"

"Gak tahu gue!"

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang