13. Oasis

19.3K 1.1K 12
                                    

Happy reading!

***

Setelah mengerjakan ujian, Diandra cepat-cepat pulang. Pak Delon memintanya untuk cepat pulang karena dia harus pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Dan tanpa diminta pun, Diandra pasti akan pulang cepat.

Selesai menerima banyak ceramah dari Pak Delon, Diandra kembali pergi ke tempat latihan karatenya. Dia sudah ketinggalan banyak sekali pelajaran semenjak kejadian tengkorak bocor. Jadi, dia tidak mau bermalas-malasan untuk kedepannya.

Awalnya mood Diandra sangat baik. Tapi langsung jatuh begitu melihat seorang pria dengan baju santainya berdiri di samping tasnya. Bukan Andrian, pria itu belum kembali dari Malaysia, tapi Alex.

Jika biasanya Alex selalu menggoda wanita meskipun punya pacar, tapi kini ia hanya lurus memandang Diandra yang sudah berganti pakaian. Dia sama sekali tidak menghiraukan tatapan genit dari murid karate lainnya.

"Lo ngapain di sini?" Diandra memasukkan baju karatenya ke dalam tas.

"Gue disuruh Pak Delon buat jemput lo. So, here I am."

"I don't need you, sir."

"But, you'll need me later, girl."

Diandra memutar bola matanya jengah. Semakin ke sini, Alex semakin alay. Apalagi ketika ia mengantar Diandra ke tempat karate sepulang dari warung Mbok Warsih. Pria itu berhenti sebentar untuk membelikan jepit rambut pita untuk Diandra. Alasannya, agar saat ujian nanti, Diandra tidak perlu risih karena rambutnya yang mengganggu. Manis, tapi membuat mual.

"Mau nonton nggak?"

"Nggak."

"Mau jalan dulu nggak?"

"Nggak."

"Mau makan malam dulu nggak?"

"Sure!"

Alex kalah telak dengan makanan. Tidak ada yang bisa membuat Diandra dalam mood yang baik selain makanan. Tidak ada yang bisa membuat Diandra luluh selain makanan. Dan makananlah yang menjadi senjata Alex supaya Diandra bisa berlama-lama dengannya. Meski tidak biasa makan malam, kali ini Alex akan rela makan. Demi duduk bersama Diandra.

Seperti kemarin, saat Alex masih ingin duduk berdua di bangku taman sekolah dengan Diandra. Meskipun Diandra sibuk dengan buku paket, untuk mempersiapkan mata pelajaran selanjutnya, Diandra tetap memilih stay di samping Alex setelah dua cokelat batang sudah ada di tangan Diandra. Hanya duduk, tidak mendengarkan cerita Alex. Karena seperti biasa, wanita itu selalu lebih memilih untuk mendengarkan musik.

"Nih!" Alex memberikan jaket hitam pada Diandra. Hanya dipandang jaket itu oleh Diandra, wanita itu tidak ada niat untuk menerimanya. "Kata Pak Delon lo nggak suka bawa jaket kalo latihan karate, jadi gue bawa dari rumah. Ini bersih kok! Masih wangi!" Alex mencium jaket itu.

Sekilas Diandra teringat pada Andrian. Pria itu juga tahu bahwa Diandra punya kebiasaan jelek semacam itu. Tapi dia masih saja lebih memilih untuk melindungi Diandra tanpa menghiraukan tubuhnya yang menggigil. Dan pria di depannya ini memiliki cara yang berbeda.

Cepat-cepat Diandra merebut jaket itu dan bergegas memakainya.

"Judes amat sih, Neng? Sama pacar sendiri juga."

"Bawel lo!"

Lagi. Entah kesekian kalinya Alex dicap bawel. Kejadian saat Diandra mengejek Marla saja, Diandra sampai membungkam mulut Alex dengan pisang goreng yang menceritakan bahwa bangganya ia banyak disukai oleh wanita, termasuk Marla. Alex bilang, dia tahu perasaan Marla, tapi dia tidak mau menghancurkan hati gadis itu mengingat dia adalah saudara sedarah Baron.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang