Happy reading!
***
Diandra menatap langit-langit kamarnya. Dia tidak berhenti tersenyum semenjak panggilannya dengan Alex berakhir. Suasana hatinya langsung membaik karena candaan Alex. Sebenarnya banyak yang garing, tapi Diandra justru tertawa keras. Bukan memaksakan diri untuk tertawa, dia hanya meledek kegaringan candaan Alex itu.
Kini dia paham, mengapa Andrian bisa begitu pengecut untuk mengungkapkan perasaannya. Jangankan cinta monyet yang disimpan selama delapan tahun lebih, mengatakan rindu yang hanya berusia tiga hari saja Diandra merasa begitu tercekik. Baru terpikirkan bahwa dia terlalu kejam pada Andrian yang menyebutnya pengecut tanpa pernah merasakan bagaimana sulitnya ada di posisi sulit Andrian.
"Bibir kamu bentar lagi robek lho, Di."
"Bu Tari bisa aja!" Diandra semakin tersipu karena godaan Bu Tari.
Bu Tari ikut Diandra dan Pak Delon ke Medan. Dan berita baiknya, wanita anggun itu tengah menjalin hubungan istimewa dengan duda nyentrik satu anak itu. Mereka telah merasakan kecocokan hingga akhirnya meresmikan hubungan pacaran.
Mengapa tidak menikah? Mereka butuh waktu untuk mengenal. Apalagi Pak Delon memiliki Diandra, tentu mengetahui karakter terdalam Diandra adalah tugas tersendiri untuk Bu Tari.
"Abis teleponan sama Alexandro, ya?" Bu Tari semakin gencar menggoda Diandra.
"Buuu," Diandra merajuk layaknya anak kecil. Saat ini ia sudah menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
Perlahan wajah bercanda Bu Tari berubah serius. Ia menatap bantal yang dibawahnya terdapat wajah cantik Diandra.
"Di?" panggilnya.
"Iya?" Diandra segera mengeluarkan wajahnya dari persembunyian.
"Boleh ibu minta kamu ceritakan mamah kamu?"
Senyum malu Diandra sirna seketika. Sepertinya Pak Delon belum sempat menceritakan hal sensitif itu pada Bu Tari sampai-sampai Bu Tari harus memintanya seperti saat ini.
"Boleh," Diandra bangkit untuk duduk menghadap Bu Tari. "Tapi Bu Tari yang nanya. Nanti Dian yang jawab."
Bu Tari mengangguk. Ia tidak berani melakukan hal ini pada Pak Delon. Bisa saja itu menyakiti perasaanya. Niat ia menjalani hubungan ini bukan untuk menggantikan posisi Bu Riani, tapi untuk meneruskan tugas Bu Riani sebagai istri sekaligus ibu. Dia memang belum punya pengalaman, tapi Bu Tari bersungguh-sungguh untuk niatnya mendampingi Pak Delon dan Diandra.
"Mamah kamu orangnya kayak gimana?" pertanyaan Bu Tari resmi membuka sesi tanya jawab.
"Mamah itu sama aja seperti ibu dan istri pada umumnya. Anggun, baik, jago masak, bendahara hebat, perhatian, pengertian, penyabar dan pemaaf. Istimewanya dia itu pencemburu!"
"Pencemburu?" Bu Tari tampak bingung.
"Mamah sering cemburu kalo Diandra terlalu dekat sama papah dan mengacuhkan mam-"
Kalimat Diandra tertahan. Diandra bukanlah orang yang tidak mengenali dirinya sendiri. Ia sangat peka terhadap apa yang terjadi di dalamnya. Termasuk sifatnya.
Dia juga menyadari bahwa dia adalah pacar yang sangat pencemburu. Dan sekarang dia tahu dari mana asal mula sifatnya yang satu itu. Dari Bu Riani. Meski tak terikat aliran darah, tapi keduanya adalah anak dan ibu yang paling cocok di dunia ini.
"Hal apa yang paling kamu kangenin dari mamah kamu?"
"Huh?" Diandra kembali tersadarkan. "Diandra kangen masakan mamah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]
Teen FictionDiandra Putri, wanita dingin dengan pahatan sempurna di wajahnya. Dia tidak akan segan untuk melayangkan tinjuan pada siapa saja yang mengganggu ketenangannya. Banyak yang menyatakan cinta pada Diandra, tapi selalu berujung dengan penolakan disertai...