Happy reading!
***
Setelah memberikan sejumlah keterangan pada polisi, Diandra segera kembali ke ruang rawat Bu Mayang. Tidak ada niatan sedikit pun bagi Diandra untuk membalas senyuman Pak Delon. Dan Pak Delon mengerti, anaknya itu sedang marah.
Bagaimana Diandra tidak marah saat tahu ternyata kepergian Pak Delon yang berjam-jam bukan untuk bertemu client seperti yang diucapkannya? Pak Delon diam-diam menemui kandidat calon istri yang diajukan Bu Mayang.
"Bu Mayang hanya mengalami sedikit shock. Dan luka di dahinya sudah kami tangani sehingga tidak akan terjadi infeksi. Sejauh ini, tidak ada masalah serius. Bu Mayang hanya perlu istirahat," ucap dokter yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan. "Saya permisi."
"Terima kasih, dok," Pak Delon mengantarkan dokter itu sampai depan pintu, kemudian kembali ke samping blankar Bu Mayang.
"Sampeyan ora duwe otak?" ucap Bu Mayang. Baru saja ia mendapatkan kembali kesadarannya, tapi sudah bisa mencela Diandra dengan tatapan yang menohok.
"Ibu istirahat saja ya," Pak Delon menarik selimut sampai menutupi dada Bu Mayang. Pak Delon tahu situasi ini. Bu Mayang sudah siap kembali melontarkan kata-kata kasarnya pada Diandra.
Diandra tersenyum miring. Meskipun kepalanya tertunduk, tapi Bu Mayang bisa melihatnya dengan jelas karena posisi Diandra tepat di samping kirinya.
"Memberikan tas saya ke penjahat itu? Yang benar saja, Diandra! Dimana otak kamu?!"
Helaan nafas panjang terdengar jelas ditengah-tengah kebisuan di ruang rawat Bu Mayang. Kemudian Diandra meringis karena terasa nyeri di pelipisnya. Bahkan bagian wajah Diandra yang satu itu sudah membiru saat ini karena pukulan yang ia terima.
"Kamu pulang ya, Di. Udah malem, papah harus nemenin eyang di sini. Nggak apa-apa, 'kan?" Pak Delon berusaha menengahi.
Tidak banyak bicara, Diandra segera keluar. Pintu kamar rawat Bu Mayang dibanting dengan keras sampai beberapa orang yang duduk di depan kamar rawat terperanjat. Bahkan Alex sempat melompat barusan.
Dan disana pula wanita itu. Duduk mengapit Andrian dengan wajah cemasnya. Dan saat Diandra keluar, wanita itu segera berdiri menghampirinya.
"Bagaimana keadaan nenek kamu?"
"Cek aja sendiri!"
Alex dan Andrian sudah mengira bahwa Diandra akan bersikap demikian. Sudah terlihat Diandra marah saat Pak Delon datang bersama wanita asing. Diandra menunjukkan kemarahannya secara terang-terangan. Dan sekarang dia menjawab pertanyaan wanita itu dengan tidak sopan. Tak hanya itu, Diandra langsung pergi begitu saja setelah memperlihatkan kemarahannya.
Tak seperti Andrian yang langsung menyusul Diandra, Alex terlebih dahulu menghampiri ibu-ibu itu dengan senyum tidak enaknya.
"Maaf ya, tante, Dian emang kayak gitu. Dia cuma lagi marah aja, tapi sebenernya Dian baik kok!"
Wanita itu tersenyum maklum. "Kamu kakaknya Diandra?"
"Oh bukan! Saya pacarnya Diandra," cepat-cepat Alex membusungkan dadanya.
Wanita itu tertawa kecil melihat sikap arogan Alex. Nampaknya menjadi pacar Diandra adalah sesuatu yang sangat membanggakan.
"Saya kira kamu kakaknya Diandra. Kalian terlihat mirip."
"Oh ya?!" saking senangnya, Alex sampai berteriak. Beberapa orang yang ada di koridor rumah sakit sampai meliriknya aneh. "Maaf, tante. Saya kesenengan. Katanya kalo jodoh itu mukanya mirip," Alex menggaruk tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]
Novela JuvenilDiandra Putri, wanita dingin dengan pahatan sempurna di wajahnya. Dia tidak akan segan untuk melayangkan tinjuan pada siapa saja yang mengganggu ketenangannya. Banyak yang menyatakan cinta pada Diandra, tapi selalu berujung dengan penolakan disertai...