31. Crazy Happiness

16.1K 1K 14
                                    

Happy reading!

***

Seperti biasa, Diandra mampir ke toilet untuk sekedar mencuci tangan. Dan tanpa wanita itu sadari, ada kebiasaan-kebiasaan kecil yang kini berubah dalam dirinya.

Entah refleks atau bagaimana, Diandra kini sedang menyisir rambut panjanganya hanya dengan menggunakan jari-jarinya. Itu bukan style Diandra. Dia sangat cuek masalah penampilan.

"Nggak sekalian pake bedak sama lipstik, Di?"

Diandra terperanjat mendengar suara itu. Matanya mendelik melihat Alex yang berjalan masuk mendekat ke arahnya. Iya, Alex tidak peduli jika seandainya nanti terdengar jeritan melengking seperti di film-film.

"Gue gak punya yang begituan," singkat Diandra sambil kembali mengenakan tasnya yang digantung.

"Gak kaget gue," Alex melakukan hal yang sama, menyisir rambutnya. Hanya saja dia menambakan air untuk merapikan rambutnya. Setelah selesai, dia memutar tubuhnya menghadap ke Diandra sambil bersandar ke tembok wastafel. "Beli yuk!"

"Apaan?" alis Diandra terangkat.

"Make up. Biar lo tambah cantik, Di," Alex menaik-turunkan alisnya, tercetak senyum culasnya khas.

"Ogah! Berasa jadi cewek gue!"

Alex mengernyit. Ia merasa tidak asing dengan kalimat itu. Diandra yang menyebutnya, tapi entah kapan dia mendengarnya.

Alex menggeleng, menghilangkan pemikiran anehnya. "Yaudah, jalan-jalan aja bareng gue yuk! Matahari belum tenggelam."

Diandra berjalan menuju keluar, dan tentu saja Alex mengikutinya.

"Gue ada les karate, Ndro."

"Bolos sekali nggak apa-apa kali, Di."

Langkah Diandra terhenti, dia melirik Alex dengan tatapan malas. "Setan lo ya."

"Nggak ada setan secakep gue!" Alex masih tak kehabisan bahan untuk menjawab kata-kata sadis Diandra. Tangannya bergerak mengeluarkan atasan seragam dari celananya. "Mau ya, Di? Kita udah lama nggak pacaran."

Tangan Diandra sudah dilipat di depan dada. Keningnya berkerut memperhatikan setiap gerakan yang Alex lakukan. Meski cuek terhadap penampilan, Diandra tetap mempertahankan kedispilinannya sebagai seorang siswa.

"Ngapain lo keluarin?" nada bicara Diandra sudah mirip seorang guru yang marah dengan cara halus.

Kepala tertunduk Alex perlahan terangkat. Deretan gigi pitihnya terlihat jelas saat matanya beradu dengan retina indah Diandra yang menunggu penjelasannya.

"Udah pulang ini 'kan, Di. Gak apa-apa kali gue keluarin," elaknya sambil melangkah bersama Diandra.

"Masih jam sekolah juga seragam lo suka keluar!"

"Iya juga sih," Alex lagi-lagi nyengir. "Lagian barusan gue masukin karena tadi ditegur sama tan- eh, Bu Tari."

Diandra hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda mengerti. Pantas saja tadi ada sesuatu yang salah dari penampilan Alex. Ternyata seragamnya rapi. Dan melihat Alex seperti sekarang, ini baru Alex yang biasa. Berantakan saat menggunakan seragam.

Anehnya, Alex justru seperti ini saat ia seharusnya rapi. Jika dia menggunakan baju bebas, gayanya tidak pernah salah. Rapi, sopan, dan wangi.

"Kalo wangi sih tiap saat. Eh, kecuali kalo dia abis ngerokok," batin Diandra yang sudah hafal wangi Alex.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang