7. Bukan Wanita Biasa

21.7K 1.3K 13
                                    

Happy reading!

***

"Lex! Lo nggak denger gue ngomong apaan?!"

"Jangan teriak kali, Sis!"

"Gue dari tadi curhat, dan lo nggak dengerin gue sama sekali!"

"Gue denger! Lo nggak malu apa diliatin orang?!"

"Kenapa? Lo malu? Terus kenapa pas lo nembak Diandra lo nggak malu, hah?!"

"Gue bilang jangan dibahas lagi! Itu udah lama kali!"

"Gue benci sama lo!"

Alex mengerang frustasi sambil menjambak rambutnya kuat-kuat. Menghadapi sikap keras Siska membuatnya tertekan akhir-akhir ini. Mereka sudah berpacaran selama tiga minggu. Memang, hubungan yang terhitung bertahan paling lama jika dibandingkan dengan Devina ataupun Liona. Dan dengan Siska lah tekanan batinnya lebih berat dari sebelum-sebelumnya.

Mata terpejam Alex perlahan terbuka. Di seberang sana, terhalang oleh luasnya lapangan basket, sedang duduk Diandra dengan buku matematika di tangannya. Sangat serius membaca, lalu berkomat-kamit seperti mencoba menghafal isi buku tersebut. Sedangkan tak jauh darinya, duduk Bella dan Carris yang saling tertawa sambil melempar makanan ringan.

Inilah yang menjadi alasan murkanya Siska. Alex tidak menghiraukan satu katapun yang keluar dari wanita cerewet itu. Sedari tadi, sepuluh menit duduk di bangku koridor, dia hanya memperhatikan bagaimana cantiknya Diandra saat dia sedang belajar.

"Pantes aja Siska ngambek, tahunya lo malah asyik liatin cewek lain," Keylan duduk di samping Alex sambil terus mengemut lolipop.

"Si Nenek Sihir? Tiap saat juga kerjaannya ngambek doang!" Alex mendengus mengingat bagaimana sikap Siska yang tidak wajar.

"Salah lo nembak tuh cewek," Keylan memindahkan lolipopnya ke sisi kiri mulutnya. Alex mendelik tidak suka.

"Dia yang nembak gue, Key!" Alex menekan kalimatnya.

Memang begitu adanya. Siska yang meminta Alex untuk menjadi pacarnya seminggu setelah acara nyanyi lagu Ed Sheeran, sebulan yang lalu. Alex menerimanya begitu saja. Tidak menyangka bahwa dia bisa disiksa oleh wanita itu.

Siska datang ke kelasnya sambil membawa cokelat dan bunga mawar merah. Menembak Alex di depan teman sekelasnya. Alex menerima tembakan itu setelah melihat Andrian yang menatapnya, menunggu jawabannya.

"Alexandro!" Pak Sony sudah berdiri depan Alex sambil berkacak pinggang.

"Ada apa lagi, Pak?" Alex memelas melihat bagaimana galaknya wajah Pak Sony saat ini. Otaknya sudah sangat runyam, dan Pak Sony selalu saja datang di saat masalahnya sedang berdatangan.

"Ada apa, ada apa. Kamu ngerokok lagi, 'kan?!"

Wajah memelas Alex berubah. Dia menunjukkan deretan giginya. "Ketahuan lagi ya, Pak?"

Melihat ada dua buah puntung rokok di lantai koridor ruang BP membuat Pak Sony langsung naik pitam. Dia sudah bisa menebak siapa pelakunya. Jika kebanyakan siswa perokok lebih memilih untuk merokok di toilet, Alex lebih memilih merokok di samping ruang BP. Tempatnya sempit dan gelap. Hanya dia yang biasa merokok di sana.

"Kamu ini udah kayak Diandra! Susah banget dibilangin! Kalo Daindra selalu berantem, kamu selalu ngerokok!"

"Do'ain aja, Pak, semoga jodoh," Alex tersenyum sumringah. Sedangkan Keylan meringis karena tidak sengaja menggigit lidahnya mendengar penuturan Alex.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang