22. Pemilik Kasih

16.9K 975 2
                                    

Happy reading

***

Diandra masih setia menonton bagaimana interaksi ayahnya dari kejauhan. Sesekali ia juga merespon perkataan Alex ala kadarnya. Tidak menanggapi berlebihan ataupun balik bertanya pada Alex. Dan seperti biasa, Alex masih bisa bersikap sabar.

Sejujurnya, terkadang Alex bingung kenapa dia bisa begitu sabar menghadapi seorang wanita seperti Diandra. Padahal, sebelum-sebelunya, jika ada wanita yang mendekatinya dan sekali saja membuat ilfeel, dia akan menolaknya. Dan jika saja wanita yang berstatus sebagai pacarnya membuat dia kesal, Alex tidak akan sungkan untuk memutuskannya. Seperti Devina dan Siska dicampakkan begitu mudah olehnya.

Lalu, ada apa dengan dirinya saat menghadapi Diandra? Mengapa begitu sabar setiap kali diejek ataupun diacuhkan? Apakah kali ini Alex sedang tulus untuk tinggal di samping Diandra?

"Ngapain lo liatin gue?" tanya Diandra mengakhiri lamunan Alex.

"Hum?" Alex kembali ke dunia nyatanya. "Mikirin lo," jujurnya dengan cepat.

Bukannya mengakhiri kegiatannya untuk terus menatap Diandra, Alex justru semakin hanyut. Pipi chubby Diandra bergerak karena sedang mengunyah nasi goreng sea foodnya. Dan berulang kali mata indahnya bergerak mengamati meja tempat Pak Delon makan.

"Mau gue siram pake kuah baso pedas lagi?" celetuk Diandra yang kini sudah menyilangkan tangannya di depan dada. Menatap Alex dengan penuh ancaman.

"Lo cantik ya kalo lagi makan," Alex tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Tapi Diandra masih saja tidak peduli. Makanan di hadapannya lebih menarik daripada Sang Pacar.

Alex tidak bohong. Diandra adalah wanita tercantik yang pernah ia temui selama delapan belas tahun masa hidupnya, selalu cantik di setiap momen. Dan Alex paling suka saat Diandra memperlihatkan wajah seriusnya seperti saat persentase hal yang tidak bisa masuk ke otaknya ataupun saat mengawasi Pak Delon seperti saat ini. Dia adalah wanita yang cantik dengan begitu banyak kejutan.

"Di?"

"Mmm?" Diandra hanya bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari Pak Delon. Pipi chubbynya juga masih terus bergerak.

"Lo ikhlas kalo Pak Delon nikah lagi?"

"Ikhlas gak ikhlas sih. Tapi kalo bokap gue happy, sama ceweknya juga baik, gue nggak ada alasan lagi buat gak ikhlas dong," Diandra segera mengaduk jus strawberrynya, kemudian menyeruputnya. Matanya kini bergerak menelisik Alex.

Seperti sebelum-sebelumnya, jika Diandra menatapnya dengan begitu dalam dengan sejuta arti di dalamnya, Alex selalu dibuat salah tingkah. Dia seperti seorang wanita yang gugup saat pujaan hatinya menatapnya. Kejantanan Alex sungguh dipertanyakan ketika Diandra menatapnya seperti saat ini. Bahkan lidahnya sudah terasa kelu. Dan tanpa disadari, kini tangannya bergerak menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Ke... Kenapa lo... liatin gue kayak gitu?" ucap Alex tanpa bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Gue cuma kasih tahu lo aja sih. Nyokap lo sayang kok sama lo."

"Gue tahu kali," Alex tersenyum kecut.

"Lo cuma perlu ngomong kemauan lo tanpa menggunakan sindiran. Bicarakan semuanya dengan kepala dingin. Gue yakin nyokap lo bakalan ngelakuin apa yang lo mau kalo lo memintanya dengan baik-baik."

Saat berkunjung ke rumah Alex untuk menyelamatkan Raka dari kurungan toilet dan bertemu dengan ibu Alex, tidak sengaja Diandra bisa membaca apa yang ada di pikiran wanita baya nan cantik itu. Diandra bisa tahu bagaimana ibu Alex menyayangi anak-anaknya. Tapi beliau hanya memerlukan pengakuan dari rumah.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang