33. Deklarasi Perdamaian

15.1K 1K 14
                                    

Happy reading!


***

Diandra dan Alex duduk berdua di meja makan. Mereka hanya berdiam, lalu bicara seperlunya. Keduanya sedang menunggu Bu Tari menyiapkan makanan.

Ya, secara tidak sengaja mereka bertemu dengan Bu Tari saat Diandra masih menangis di pelukan Alex. Dan dengan sukarela, Bu Tari menawarkan diri untuk menjadi koki gratis di apartemen Diandra saat tahu mereka berdua belum makan.

"Gini kalo masak, Di. Cuma suara spatula sama wajan, gak ada acara teriak-teriak," Alex mengacung-acungkan telunjuknya ke arah dapur.

"Ngaca! Lo malah minta gue yang matiin api, bukan lo yang maju!" sungut Diandra.

Alex hanya nyengir kuda mendengar hal itu. Jika hal lain Alex akan maju. Tapi dia tidak mau lagi berurusan dengan minyak panas dan frying pan untuk kedepannya. Pengalaman kemarin sudah cukup untuk menjadi alasan dia tidak masuk lagi ke dapur untuk memasak.

Sejujurnya mendengar Diandra mengiyakan saat ia bertanya Diandra bisa masak atau tidak membuatnya ragu. Karena beberapa kali ia main ke rumah Diandra, justru Pak Delon lah yang keluar dari dapur dengan menggunakan celemek. Sementara Diandra hanya duduk di sofa depan televisi dengan buku paketnya.

Tapi Alex terlanjur jatuh cinta dengan jawaban Diandra. Cantik, pintar, bisa masak, paket wow bukan? Apalagi saat ditambah dengan sadis, lidah tajam, dan sabuk hitam karate, Alex suka itu!

"Ini makan malam kalian," Bu Tari keluar dengan nasi goreng serta ayam goreng yang masing mengepul. Tentu saja itu membuat mata remaja yang disana tampak berbinar.

"Wow!" pekik Alex segera menarik piring yang Bu Tari tempatkan di depannya.

"Sebentar ya," Bu Tari kembali ke dapur untuk membawa makanan bagiannya, kemudian kembali tak berselang lama setelahnya. "Ayok, makan," Bu Tari duduk tepat bersebrangan dengan Diandra. Sedangkan Alex duduk di tempat biasa Pak Delon, diapit oleh dua wanita.

Tanpa pikir panjang, Diandra segera menyantap makanannya. Satu sendok pertama pun Diandra bisa memberikan penilaian untuk masakan Bu Tari yang lainnya. Nasi goreng ini sempurna! Sangat pas untuk selera Diandra.

"Ini enak banget, tan- eh, bu!" ucap Alex dengan mulut penuh nasi goreng.

Bu Tari terkekeh mendengar ralatan dari Alex. "Kalo diluar jam sekolah dan lingkungan sekolah, kamu boleh panggil saya tante."

Kepala Alex hanya mengangguk. Kemudian tangannya kembali mengantarkan nasi goreng ke mulutnya. Tak lupa dengan ayam goreng yang matang dengan sempurna.

Mata Bu Tari bergerak melirik Diandra. Dia tak kalah lahapnya dengan Alex, hanya saja Diandra bersikap tenang. Tapi bisa dilihat beberapa kali Diandra memejamkan matanya, menikmati makanan buatan Bu Tari.

Tidak ada maksud apa-apa dengan semua yang dilakukan Bu Tari hari ini. Bukan untuk menyentuh hati Diandra supaya setuju dengan perjodohannya dengan Pak Delon. Ini semua karena Bu Tari merasa telah jatuh cinta pada Diandra saat pertama kali melihatnya di rumah sakit. Meski Diandra sangat judes waktu itu, entah mengapa Bu Tari justru menyayanginya.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang