9. Kutub Selatan

20.2K 1.2K 13
                                    

Happy reading!

***

"Diandra!"

Baru saja Diandra mendaratkan bokongnya, Carris sudah datang ke kelasnya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Wajahnya sangat kusut dan tangan dinginnya sudah menarik Diandra untuk keluar dari kelas.

"Lo apa-apaan sih?!" Diandra menarik paksa tangannya dari Carris.

"Gawat, Dra! Gawat!" Carris panik tidak karuan.

"Apanya yang gawat?!" Bella memukul kepala Carris dengan buku paket tebal yang ia bawa dari meja Diandra. "Lo kalo ngomong yang bener!"

"Drian berantem di kelas!"

Seperti sebuah sihir, Diandra langsung berlari ke kelas Andrian. Rambut panjangnya tersibak ke belakang karena angin. Langkah kakinya begitu lebar, seperti seorang pria. Dan semua orang, yang awalnya berjalan di koridor, cepat-cepat menyingkir.

Dari teras kelas 12 IPS 2, Diandra bisa mendengar bantingan meja. Atau mungkin itu adalah bantingan tubuh seseorang yang di atas meja. Saat mengintip dari jendela kelas, terlihat siswa memberi ruang pada dua pria yang saat ini sedang adu kekuatan. Dan begitu Diandra masuk, semua orang segera memberi jalan padanya. Lebih seperti menghindar amukan Diandra yang mungkin akan terjadi.

"YAN, BERHENTI!"

Bukannya menggubris teriakan Diandra, Andrian malah maju dan kembali memukul Alex sampai pria itu terhuyung membentur loker yang ada di belakang kelas. Terdengar beberapa orang menahan nafas, terutama perempuan. Namun, dengan cepat Alex segera bangkit dan membogem dagu Andrian.

Kaki Diandra melangkah, menghalangi balasan pukulan Andrian yang akan ditujukan pada Alex. Kepalan tangan Andrian berhenti di udara, tepat di depan kening Diandra.

"Di, gue nggak mau nyakitin lo. Lebih baik lo minggir," nada bicara Andrian begitu rendah. Tapi Diandra masih saja menatapnya dengan geram.

Bagaimana Diandra bisa tidak geram jika melihat bagaimana keadaan wajah sahabatnya itu sekarang? Pelipisnya membiru, hidungnya terlihat sedikit bengkok, dan belum lagi darah mengalir dari sudut bibir kirinya. Alex memang tidak main-main untuk menghajar Andrian.

"Sekarang, lo ikut gue," Diandra menyeret lengan Andrian. Tapi siapa sangka, Andrian menepisnya dengan keras sampai tubuh wanita itu menubruk meja.

Emosi Andrian tidak bisa lagi di kontrol. Mengetahui bisikan para siswa sepanjang perjalanannya menuju kelas, yang membicarakan hubungan spesial antara Diandra dan Alex, telah berhasil membuat hatinya terbakar. Belum lagi saat Carris mengiyakan pertanyaan Andrian kebenaran berita itu. Andrian kecewa, marah, dan....

Merasa dikhianati.

"Lo nggak punya otak?!" Alex menarik kerah seragam Andrian yang sudah berdarah. Dia marah karena Andrian hampir saja membuat Diandra celaka.

"Gue bilang berhenti!" Diandra kembali berteriak. "Yan, sekarang lo ikut gue ke UKS!" Lagi-lagi Diandra menyeret lengan Andrian sampai tarikan Alex terlepas. Kali ini Andrian tidak melawan, dia pasrah saat Diandra menyeretnya keluar kelas.

"Di!" Alex mengejar Diandra saat wanita itu sudah berada di koridor kelas.

"Apa lagi, Ndro?!" kekesalan Diandra kembali muncul.

"Gue juga mau lo obatin luka gue!" teriak Alex dari ambang pintu. Hal itu membuat Diandra mengusap wajahnya kasar. Di saat seperti ini, pria itu masih saja bersikap menyebalkan.

"Lo pilih dia atau gue?" Andrian tiba-tiba saja berucap. Rendah, sangat rendah, sampai Diandra menoleh penuh tanya padanya. Tidak biasanya Andrian bicara begitu rendah padanya. Dia selalu bersikap hangat pada Diandra.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang