Happy reading!
***
Hobby, kebiasaan pula. Sekali tidak melakukannya, langsung terasa ada sesuatu yang aneh.
Itulah yang saat ini dirasakan oleh Alex. Sehari-hari ia biasa berlari di lapangan futsal sambil terus menggiring bola ke gawang lawan. Dan ketika ia berhasil mencetak gol, dia akan merayakannya dengan memberika flying kiss pada beberapa siswi yang menontonnya. Tak jarang pula pertandingan futsalnya harus berakhir dengan perkelahian hingga akhirnya diseret ke ruang BP.
Tapi kali ini, ia hanya bisa duduk di samping lapangan dengan sepiring buah melon di pangkuannya. Tangannya memegang erat piring itu karena berulang kali tubuhnya terperanjat ketika teman-temannya hendak mencetak gol. Tapi hanya sebatas itu. Selebihnya, ia akan meringis karena merasakan nyeri di pinggangnya.
"Bego! Harusnya diover!" umpatnya untuk kesekian kali.
Beberapa siswi melirik ke arahnya. Bukan karena merasa risih atau kesal mendengar umpatan Alex, tapi karena melihat dengan siapa playboy itu duduk.
"Lo berisik banget sih?!" dengus Diandra mengalihkan pandangannya dari buku biologinya.
Ya, Alex sedang duduk di depan kelas Diandra sekalian numpang nonton futsal. Tak hanya itu, Diandra duduk di sampingnya dan terus membuka halaman demi halaman buku paket biologi yang tebal. Beberapa kali tangannya bergerak mengambil potongan melon yang ada di pangkuan Alex.
Seperti biasa, hubungan mereka adalah sesuatu yang tetap menjadi hot issue bagi setiap pecinta gosip di SMA Garuda. Apalagi saat melihat mereka duduk berdampingan seperti sekarang, semakin banyak siswa siswi yang patah hati, tapi tak sedikit dari mereka yang mendoa'akan supaya hubungan Diandra dan Alex berakhir bahagia.
"Kan gue supporter, Di. Ya harus berisik!" ketus Alex, memasukkan tiga potong melon sekaligus ke dalam mulutnya.
"Berisiknya lo itu nggak akan ngubah apapun!" Diandra kembali memusatkan konsentrasinya ke buku paket.
Tangan Alex bergerak naik, mengusap dadanya secara perlahan sementara matanya masih terkunci pada Diandra. Tapi kemudian emosinya mereda saat melihat bagaimana Diandra yang terlihat serius dengan bukunya. Cantik!
Tapi ada yang aneh dari Diandra akhir-akhir ini. Diandra terlihat lebih jarang menggunakan earphone. Bukankah kemana pun Diandra pergi benda itu selalu menempel di telinganya? Bahkan Diandra juga terbiasa tetap mendengarkan musik saat membaca buku seperti sekarang ini.
"Lo kok jarang denger musik akhir-akhir ini?" celetuk Alex yang sudah kembali mengikuti alur permainan teman-temannya.
Fokus Diandra buyar seketika.
"Huh? Emm... Itu..."
Kepala Alex kembali bergerak melihat Diandra. Keningnya berkerut sempurna ketika mendengar ada nada gugup saat Diandra hendak menjawab pertanyaannya. Ini pertama kalinya Diandra seperti ini. Saat Alex berulang kali mengatakan bahwa dia begitu menyayangi Diandra, responnya pun tidak seperti ini.
"Kok lo gugup?" selidik Alex.
Tidak mungkin Diandra mengucapkan bahwa musik selama ini hanya menjadi penghalangnya untuk tidak membaca pikiran orang lain yang dengan liarnya masuk ke otaknya. Tidak mungkin juga Diandra mengatakan bahwa alasan ia sudah jarang mendengarkan musik karena akhir-akhir ini ia menjadi manusia normal. Bebas dari kelebihannya itu.
"Lo ganggu gue mulu! Gue lagi ngafalin isi buku paket ini!" kilah Diandra sambil memukul belakang leher Alex sampai tubuh pria itu beringsut berusaha menjauh. "Udah ah! Gue masuk kelas! Bye!" cepat-cepat Diandra masuk ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]
Teen FictionDiandra Putri, wanita dingin dengan pahatan sempurna di wajahnya. Dia tidak akan segan untuk melayangkan tinjuan pada siapa saja yang mengganggu ketenangannya. Banyak yang menyatakan cinta pada Diandra, tapi selalu berujung dengan penolakan disertai...