14. Muson Pembawa Kemarau

17.4K 1.1K 21
                                    

Happy reading!

***

Semuanya kembali seperti semula. Ada Andrian dan perhatian Diandra teralihkan pada laki-laki itu. Diandra kembali membuat jarak antara dia dan juga Alex. Seakan-akan ia lupa bahwa mereka pernah tertawa berdua di rumah apartemen saat Diandra meminta Alex menemaninya. Dan wajah Alex kini banyak masamnya.

Seperti saat ini, Alex merasa begitu bodoh telah melambaikan tangan pada Diandra saat mereka ada di kantin. Diandra melihatnya, hanya melihat, tidak memberi respon sedikit pun pada Alex. Wanita itu lebih memilih untuk lanjut makan sambil bersenda gurau dengan teman-teman dekatnya.

"Lo berani gak datengin mejanya Diandra?" seru Keylan tanpa mengalihkan perhatiannya dari bakso manis di depannya.

Alex hanya mendengus. Dia berani, sangat berani! Tapi dia hanya tidak mau kembali harus berurusan dengan Andrian. Karena setiap kali ada satu meter dengan pria itu, sudah bisa dipastikan bahwa mereka akan terlibat dalam satu suasana yang rumit. Dan tentu saja itu bisa memancing amarah si Putri Es.

"Gue udah bilang 'kan, Lex. Diandra tuh udah punya cowok," tambah Keylan semakin memanasi hati Alex.

"Gue 'kan cowoknya, Key!" Alex tidak terima.

"Ya iya, lo punya status pacar buat dia. Tapi, hati Diandra? Semua orang tahu kalo Diandra cuma bisa takluk sama Andrian doang."

"Bawel lo!" Alex melemparkan pangsit ke wajah Keylan. Lihatlah, bahkan dialog Diandra berhasil menempel di benak Alex. Bagaimana dengan pesona gadis itu? Ah, Alex sudah lama jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Lagian, tujuan lo pindah sekolah ke sini 'kan buat jadi siswa bener. Ngapain juga masih ngurusin cewek?"

"Kata siapa gue pindah buat jadi siswa bener? Gue pindah cuma buat nurutin perkataan bokap nyokap," Alex tersenyum miring.

Keylan cengo. Sungguh, Alex benar-benar pria yang menjunjung tinggi kejujuran. Bahkan untuk perkata barusan pun, tidak ada kebohongan sedikit pun dari lidahnya. Keylan bingung, entah mengapa dia bisa klop berteman dengan orang yang sungguh berbeda dengannya.

"Diandra masih dingin aja sama lo?"

"Ya gitu, dia dingin kalo ada Si Gantar."

"Lo cuma pengisi waktu kosongnya?" tanya Keylan. Dia benar-benar bertanya.

Alex terdiam seribu bahasa. Entah mengapa, apa yang dibicarakan Keylan terasa begitu sakit. Dan dia sangat takut jika itu memang apa yang sebenarnya terjadi.

Dan ternyata, pembuktian kata-kata Keylan langsung ada saat sepulang sekolah.

Alex masih menunggu Diandra di parkiran. Mengantar Diandra sudah menjadi rutinitas Alex beberapa hari ini. Jadi, dia masih setia menunggu pacarmya itu meskipun panas matahari menyengat kulitnya.

Tapi siapa sangka, kini Diandra tengah berjalan dengan teman-temannya menuju mobil Carris. Mereka tertawa bersama. Seperti de javu, mereka membicarakan tentang hang out berempat di tempat yang sudah menjadi favorit mereka. Tawa Diandra juga terlihat sangat ringan saat bersama mereka.

"Dian," panggil Alex.

Senyum mereka berempat berhenti seketika. Apalagi Andrian, secara terang-terangan dia memperlihatkan ketidaksukaannya pada Alex. Rahangnya mengeras menahan amarah.

"Nih," Alex memberikan helm hitam yang awalnya adalah miliknya.

"Gue pulang bareng mereka, Ndro. Lo pulang sendiri aja, ya."

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang