Maaf yah gua cuma penulis amatir
.
Perlahan kelopak mata itu terbuka akibat cahaya yang cukup terang menusuk mata terpejam nya. Jungkook berusaha menyesuaikan mata yang terpapar cahaya dari jendela kaca. Dengan mata sayu serta kepala berdenyut, Jungkook duduk perlahan dan menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Menautkan alis bingung sembari masih melihat sekitarnya. Hingga pintu kamar itu dibuka dengan sosok mingyu yang memegang nampan berisi bubur serta segelas air di tangan nya.
Mingyu tersenyum setelah menutup pintu lalu berjalan mendekati Jungkook. "Sudah bangun?" Mingyu menaruh nampan di atas meja nakas, bukan nya mendapat jawaban, pemuda tan itu malah di hadiahi sebuah pelukan. Jungkook memeluk pinggang Mingyu dengan posisi masih duduk di atas ranjang. Mingyu tersenyum lalu mengusap surai hitam Jungkook.
"Terimakasih" lirih Jungkook pelan, suara nya terdengar parau. Mingyu tak menjawab namun masih melakukan hal yang sama, ia tahu Jungkook pasti syok. Akhirnya Mingyu melapaskan pelukan Jungkook pada pinggang nya lalu duduk di tepi ranjang sambil memegang kedua bahu si pemuda manis. "Aku cemas sekali melihat mu tak berdaya, rasanya nafas ku hilang saat itu juga. Kau tahu? Kau terlalu berharga untuk mati sia-sia" ujar Mingyu khawatir, Jungkook tersenyum tipis dan menunduk. "Terimakasih" ucapan nya tergantung. "Terimakasih kau menganggap nyawa ku berharga" Mingyu tersenyum. "Malam itu aku sempat berpikir mati di tangan mereka adalah jalan keluar hidup ku, aku lelah, lelah sekali hingga rasanya ingin mati" Mingyu menghela nafas lalu menangkup wajah Jungkook untuk bertatapan dengan nya.
"Kau pikir jalan yang kau ambil itu benar? Aku tak tahu kau punya masalah sepelik apa hingga kau berpikir mati adalah jalan keluar terbaik. Tapi satu yang perlu kau tahu, coba kau pikirkan bagaimana perasaan orang tuamu! Mereka menantikan kehadiran dirimu, merawat mu dengan kasih sayang hingga kau tumbuh seperti sekarang. Biarpun mereka sudah tenang disana, mereka pasti akan terpukul sekali ternyata usaha mereka melihat dirimu tumbuh tak ada guna nya"
Jungkook membuang tatapan nya dan merasa bodoh. "Kau tak bisa merubah jalan hidup mu dengan mati ataupun bunuh diri, yang ada kau akan merusak jalan cerita hidup mu yang telah tersusun apik oleh sang pencipta". Mingyu menyingkirkan tangan nya dari sisi wajah Jungkook. "Kau bisa pikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang telah menyayangi mu, seperti memberi harapan palsu. Ternyata kau sendiri tak menghargai mereka". Jungkook menghela nafas lalu menatap Mingyu dengan senyuman nya. "Ya~ aku sempat bodoh" ujar Jungkook sambil tersenyum miris.
"Kau bilang kau menyayangi Wonwoo seperti hyung mu sendiri, apa jadinya ia jika kau tinggalkan? Mungkin aku tak akan bisa memasuki hidupnya lagi karena satu cahaya kehidupan nya telah menghilang. Aku tak akan bisa mengabulkan permintaan nya yang menginginkan cahaya itu kembali, karena aku bukan tuhan" Mingyu mengusak surai Jungkook lalu berujar. "Jangan bodoh! Jangan bertindak dengan pikiran mu! Namun kau harus melibatkan perasaan dalam bertindak, itu akan membuahkan hasil yang lebih sempurna dari apapun. Kau mengerti?"
"Hihi kau ternyata punya bakat terpendam membuat pikiran orang terbuka" Jungkook terkekeh hingga pemuda tan itu ikut terkekeh. "Kau ini! Maka dari itu dengarkan ucapan ku"
"Aye~ aye~ captain!" Jungkook memberi hormat dengan cengiran nya nan tampak lucu, Mingyu tak bisa untuk tak tersenyum lalu mengambil bubur yang berada pada nakas. "Nah sebaiknya kau sarapan!" Jungkook mengambil mangkuk bubur itu dan mulai memakan nya.'Mungkin ini maksud tuhan mengirim sosok Mingyu menjadi teman ku, menyadarkan ku dari pikiran bodoh yang sering ku rencanakan. Mati bukan jalan keluar, namun melapetaka yang paling kejam. Maaf eomma appa, aku sempat berpikir untuk menyusul kalian, tapi aku tak akan melakukan nya, aku akan terus berusaha menjalani hidupku walau sepelik apapun masalah yang kuhadapi" batin Jungkook di tengah kegiatan makan buburnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped ✔ (Taekook)
Fanfiction'Bagaikan burung dalam sangkar kecil, aku terperangkap. Terperangkap dalam sisi tergelap yang tak pernah ku duga sebelum nya. Namun aku menyukai semua, rasa sakit serta hidup baru. Mencintai pria yang menyeretku dalam situasi ini, aku mencintainya...